PERANGI PANDEMI CORONA DI DUNIA

WHO Butuh Dana 31,3 Miliar Dolar AS

Internasional | Minggu, 28 Juni 2020 - 04:47 WIB

WHO Butuh Dana 31,3 Miliar Dolar AS
Ilustrasi logo WHO (REUTERS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (26/6) mengatakan bahwa respons global yang dipimpin WHO terhadap Covid-19 membutuhkan dana sebesar 31,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (1 dolar AS = Rp14.239) untuk pengobatan, vaksin, dan diagnostik dalam 12 bulan ke depan, termasuk dua miliar dosis vaksin.

Dana itu akan digunakan untuk Access to Covid-19 Tools Accelerator, atau ACT-Accelerator, sebuah kolaborasi global yang dimulai pada April untuk mempercepat pengembangan, produksi, dan akses yang setara untuk tes, pengobatan, dan vaksin Covid-19.


WHO mengatakan telah menggelontorkan dana sekitar 3,4 miliar dolar AS hingga saat ini, menimbulkan kekurangan pendanaan sebesar 27,9 miliar dolar AS, dengan 13,7 miliar dolar AS dari total kekurangan tersebut sangat dibutuhkan. WHO berencana meningkatkan pengiriman 500 juta alat tes dan 245 juta alat medis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada pertengahan 2021, serta dua miliar dosis vaksin, dengan yang satu miliar di antaranya akan dibeli untuk negara-negara tersebut, pada akhir 2021.

"Investasi yang diperlukan sangat signifikan, tetapi hal itu tidak berarti jika dibandingkan dengan dampak Covid-19," kata WHO dalam pernyataanya, yang menambahkan bahwa total biaya proyek kolaborasi ACT-Accelerator kurang dari sepersepuluh dari perkiraan Dana Moneter Internasional terkait kerugian ekonomi global setiap bulan akibat pandemi tersebut.

ACT-Accelerator dipimpin oleh organisasi-organisasi mitra WHO yang berkolaborasi dalam empat pilar, termasuk diagnostik, pengobatan, vaksin, dan penghubung sistem kesehatan. Pilar vaksinnya, dengan kolaborasi Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan Global Alliance for Vaccines and Immunizations (GAVI). Diperkirakan membutuhkan biaya hingga 18,1 miliar dolar AS untuk menghasilkan dua miliar dosis pada akhir 2021. Selain itu, 950 juta dosis perlu dibeli oleh negara-negara berpenghasilan tinggi dan negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook