Berita penembakan rudal-rudal QadrH tiba setelah seorang jurubicara Kemenlu AS hari Selasa mengkritisi peluncuran rudal lainnya, dengan mengatakan Washington berencana untuk membawanya ke Sidang Keamanan PBB.
Kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan-kekuatan global termasuk AS sekarang sedang berlangsung, dinegosiasikan oleh pemerintahan Presiden Hassan Rouhani yang moderat. Namun pada saat-saat sejak dicapainya kesepakatan, faksi garis keras dalam militer Iran telah melakukan beberapa kali unjuk kekuatan.
Pada bulan Oktober, Iran berhasil melakukan uji tembak sebuah rudal balistik permukaan-ke-permukaan jarak jauh yang baru. Itu merupakan pertama kalinya uji tembak semacam itu dilakukan sejak Iran dan kekuatan-kekuatan global mencapai kesepakatan bersejarah musim panas yang lalu.
Para pakar PBB mengatakan peluncuran tersebut menggunakan teknologi rudal balistik yang terlarang dibawah resolusi Dewan Keamanan. Pada bulan Januari, AS menjatuhkan sanksi baru bagi para individu dan entitas terkait dengan program rudal balistik.
Iran juga telah menembakkan roket yang jatuh dekat kapal-kapal perang AS dan menerbangkan pesawat nirawak tak bersenjata di atas kapal induk AS pada bulan-bulan belakangan ini.
Pada bulan Januari, Iran menahan 10 pelaut AS di kawasan Teluk ketika dua perahu komando mereka dari Kuwait menuju Bahrain berakhir di perairan teritorial Iran setelah awaknya melakukan “kekeliruan navigasi,” ujar militer AS. Para pelaut tersebut kemudian dibawa ke sebuah fasilitas kecil di pelabuhan di Pulau Farsi, ditahan selama 15 jam dan dilepaskan setelah Menlu AS John Kerry berdiskusi beberapa kali dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif. (*)
Sumber: Voice of America
Editor: Amzar