Gencatan Senjata Tidak Berjalan Mulus

Internasional | Senin, 27 November 2023 - 09:24 WIB

Gencatan Senjata Tidak Berjalan Mulus
Para pejuang Hamas menemani sandera Israel yang baru dibebaskan Maya Regev ke kendaraan Palang Merah di Jalur Gaza, Ahad (26/11/2023). (HAMAS MEDIA OFFICE/AFP)

JALUR GAZA (RIAUPOS.CO) – Gencatan senjata di Jalur Gaza tak sepenuhnya berjalan mulus. Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengungkapkan bahwa seorang petani tewas dan seorang lainnya terluka setelah mereka menjadi sasaran tembak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di kamp pengungsi Maghazi di pusat Gaza. 

Belum ada komentar langsung dari IDF mengenai laporan pembunuhan yang terjadi di tengah gencatan senjata empat hari antara Hamas dan Israel tersebut. Jumat (24/11), pada hari pertama gencatan senjata, IDF juga dilaporkan membunuh setidaknya dua warga Palestina dan melukai beberapa lainnya yang berusaha kembali ke rumah mereka di Gaza Utara. 


Pertukaran sandera dengan tahanan di Israel juga sempat tertunda di hari kedua pada Sabtu (25/11) karena ulah Israel. Terjadi perselisihan mengenai jumlah bantuan yang memasuki Jalur Gaza. Selama dua hari gencatan senjata, ada 340 truk bantuan yang masuk melalui jalur perlintasan Rafah. Namun, hanya 20 truk yang bisa mencapai Gaza Utara. 

Gaza Utara menjadi area perang aktif antara IDF dan Hamas. Padahal, masih banyak penduduk sipil yang tinggal di sana. Truk-truk bantuan tidak kunjung sampai karena harus digeledah pejabat Israel. Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, juga menuduh Israel tidak mematuhi persyaratan yang disepakati untuk pembebasan tahanan Palestina.

Salah satu pejabat Israel bersikukuh mereka tidak melanggar perjanjian. Namun, memang prosesnya lambat. Hamas pada akhirnya melepaskan 13 tawanan asal Israel dan juga 4 warga Thailand. Di pihak lain, Israel membebaskan 39 warga Palestina yang mereka tahan. 

Kemarin (26/11) daftar nama tawanan yang akan dibebaskan sudah diserahkan oleh Hamas dan telah sampai di kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Di dalamnya diduga bakal ada satu warga negara Amerika Serikat (AS) dan satu warga negara Rusia. Namun, belum diketahui siapa yang bakal dibebaskan. ”Berdasar sumber, pembebasan itu adalah bagian kesepakatan antara pemerintah Rusia dan Hamas,” bunyi laporan Haaretz. 

Pada hari yang sama, 120 truk bantuan kembali memasuki Rafah. Jumlah bantuan yang masuk setiap hari sejatinya masih kurang. Sebab, berdasar kesepakatan, per hari seharusnya ada 200 truk yang masuk ke Jalur Gaza selama gencatan senjata. Di antara bantuan yang masuk kemarin adalah truk yang membawa 129 ribu liter bahan bakar.

Ghazi Hamad, anggota biro politik Hamas, mengungkapkan bahwa mereka sedang mengupayakan kemungkinan perpanjangan gencatan senjata bersama dengan mitra internasionalnya. ”Prioritas kami adalah menghentikan agresi terhadap rakyat kami. Kami ingin menghentikan genosida di Gaza,” ujarnya seperti dikutip Al Jazeera.

Hamad mengatakan, Hamas berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata empat hari tersebut dan bersedia melepaskan semua tawanan sebagai imbalan atas pembebasan semua tahanan Palestina di penjara-penjara Israel yang berjumlah ribuan orang. Dia juga mengecam peran AS dalam perang sejak 7 Oktober itu. 

Hamad menyebut AS sebagai mitra Israel dalam genosida. Sejak perang, IDF telah menjatuhkan 40 ribu ton bom ke Jalur Gaza. Sebagian besar senjata Israel tentu saja bantuan dari AS. Kehancuran masif di Gaza menunjukkan niat Israel dan AS agar wilayah tersebut tidak bisa dihuni lagi.  ”Mereka selalu mendukung Israel. Sejak awal perang ini, AS adalah mitra mereka dalam kejahatan pembersihan etnis ini,” ujar Hamad kemarin. Meski begitu, dia menyatakan bahwa Hamas membebaskan tawanan tanpa memandang warga negara. 

Sementara itu, situasi di Rumah Sakit (RS) Al Shifa kian memprihatinkan. Para pasien yang tertinggal di fasilitas medis yang kini dikuasai IDF tersebut diletakkan di luar ruangan. Mereka berlindung di bawah terpal seadanya di dekat rongsokan mobil.

Israel di pihak lain menyatakan menyita uang tunai sebesar ILS 5 juta (Rp20,8 miliar) dalam operasi mereka di Gaza. Mata uang Irak, Jordania, dan AS juga ditemukan dalam serangan itu. IDF menyebutkan bahwa uang itu disita dari markas Hamas dan rumah para pejabatnya. Israel bakal memasukkan uang tersebut ke kas negara. 

Pada bagian lain, sebuah kapal kargo yang dikelola perusahaan yang berafiliasi dengan Israel rusak di Samudra Hindia. Perusahaan keamanan maritim Ambrey menyatakan, kapal kontainer berbendera Malta yang dioperasikan Prancis itu dilaporkan rusak ketika kendaraan udara tak berawak meledak di dekatnya. Ia diduga diserang drone milik Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

”Kami mengetahui laporan bahwa ada dugaan UAV Shahed-136 yang diprakarsai IRGC menabrak kapal motor sipil di Samudra Hindia,” ujar seorang pejabat AS. Dia menjelaskan bahwa kapal tersebut mengalami kerusakan ringan dan tidak ada korban yang cedera. 

Alasan serangan diduga kuat karena kapal itu berafiliasi dengan Israel. Serangan terjadi hampir seminggu setelah pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran menyita sebuah kapal kargo yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah. 

Dalam insiden lain pada hari Jumat (24/11), pasukan Houthi memperingatkan sebuah kapal tanker di barat daya kota pelabuhan Hodeida di Laut Merah Yaman untuk mengubah arah. Mereka mengancam akan menyerang jika kapal itu tidak mengikuti instruksi. 

Sejumlah individu bersenjata tak dikenal juga diyakini telah menyita kapal kargo minyak Central Park di Teluk Aden kemarin. Kapal tanker minyak kecil tersebut dikelola Zodiac Maritime Ltd milik Israel. Menurut data LSEG, itu adalah sebuah perusahaan manajemen kapal internasional yang berkantor pusat di London.  Belum diketahui apakah itu ada hubungannya dengan Houthi maupun Iran. Yang jelas, kemarin Houthi juga memperbarui ancamannya bahwa mereka akan terus menyerang kapal-kapal Israel sampai negeri Zionis tersebut menghentikan aksi brutalnya di Gaza.

Gaza Tenang, Tepi Barat Masih Diserang
Gencatan senjata selama 4 hari memberi kesempatan bagi orang tua di Gaza untuk memulihkan mental anak-anaknya. Mereka berbondong-bondong pergi ke pantai dan menikmati keindahan laut. Sebagian nelayan kembali menangkap ikan dengan jaring.

Mereka melupakan sejenak pengeboman oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang terjadi siang dan malam sejak 7 Oktober lalu. ’’Kami sangat senang karena sudah lama tidak bisa pergi ke mana pun. Kami akhirnya bisa bermain di laut,’’ ujar Fatma Al Majayda, salah seorang anak yang dibawa orang tuanya ke pantai Gaza.

Namun, ketenangan itu tidak didapatkan penduduk Palestina di Tepi Barat. Ketika serangan ke Gaza berhenti, kekejian di Tepi Barat justru meningkat. Lima warga Palestina tewas dan sedikitnya 18 orang terluka dalam serangan di Jenin yang berlangsung lebih dari 12 jam. Peristiwa itu dimulai pada Sabtu (25/11) malam hingga kemarin (26/11) pagi.

Tak cukup sampai di situ, dua rumah sakit utama di Jenin dikepung oleh kendaraan lapis baja Israel, ambulans digeledah, dan dua orang ditahan dari dalam ambulans. Kantor berita Palestina Wafa melaporkan, IDF juga mengepung markas besar Bulan Sabit Merah.

Tiga warga Palestina lainnya tewas dalam operasi militer di Desa Yutma di selatan Nablus dan Kota Qabatiyeh di selatan Jenin. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, pihaknya berusaha menolong Mahmoud Abu Haija yang terluka. Namun, tentara Israel menghalangi proses evakuasi dan pertolongan terhadap remaja 18 tahun yang terluka di bagian dadanya itu. Tim medis baru diperbolehkan masuk ke rumah Abu Haija setelah dia dipastikan meninggal.

Pencurian dan kekerasan yang dilakukan warga Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat juga meningkat. Para petani Palestina di wilayah itu hampir setiap hari menghadapi serangan dan kekerasan dari pemukim Israel. Mereka hidup dalam ketakutan bahwa rumah dan tanah mereka akan dicuri. Ditambah dengan peningkatan penggerebekan yang dilakukan militer Israel.

’’Anak-anak terus merasa takut. Mereka tak lagi bermain di luar, itu terlalu berbahaya. Kami bisa mendengar serangan terhadap kamp pengungsi, ledakan dan suara tembakan,’’ ujar Ayman Assad, salah seorang petani di Tepi Barat.

Anak-anaknya juga tidak bisa sekolah karena tentara Israel memblokir hampir semua rute. Kini, sekolah hanya bisa dilakukan via online. Israel juga menerapkan jam malam di sebagian besar wilayah pendudukan Tepi Barat.

Tepi Barat diduduki Israel sejak 1967. Sejak itu, sekitar 700 ribu pemukim Israel menetap secara ilegal di wilayah Palestina. Mereka mencuri, menyerang, serta menghancurkan kebun zaitun, lahan pertanian, dan properti di sana selama bertahun-tahun. Insiden itu meningkat sebulan terakhir. Palestina memang terkenal dengan buah zaitun, minyak zaitun, dan sayurannya yang diekspor ke mana-mana.

Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan, setidaknya 237 warga Tepi Barat terbunuh dan 2.850 lainnya terluka oleh pasukan Israel sejak 7 Oktober. PBB juga mengungkapkan bahwa kemiskinan warga Palestina di Tepi Barat meningkat sebesar 20 persen dan produk domestik bruto turun 4,2 persen sejak 7 Oktober.

’’Tindakan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat adalah perang yang bertujuan memusnahkan rakyat kami dan melaksanakan rencana pengungsian serta perluasan permukiman,’’ bunyi pernyataan Kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ). ’’Kami akan menghadapi perang Israel di mana pun, rakyat kami tidak akan menyerah, dan kami akan melawan terorisme ini dengan segala yang kami miliki,’’ tambahnya.

Sementara itu, aksi bela Palestina masih terjadi di berbagai negara. Di London, Inggris, ratusan ribu penduduk turun ke jalan pada Sabtu untuk menuntut gencatan senjata berlangsung permanen, bukan hanya 4 hari. ’’Pemerintah Israel dan negara-negara yang tidak mendesak melakukan gencatan senjata permanen seakan memberi pesan kepada warga Palestina di Gaza bahwa hukuman mati ditunda sementara waktu,’’ ujar Ben Jamal, direktur Palestinian Solidarity Campaign, seperti dikutip The Guardian.(sha/c18/bay/oni/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook