GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Israel geram pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tersebut menolak mengeluarkan visa untuk Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths. Menyusul pidato keras Sekjen PBB Antonio Guteres pada Selasa (24/10) yang menyebut Israel telah melakukan pelanggaran hukum internasional.
’’Karena ucapannya, kami akan menolak mengeluarkan visa kepada perwakilan PBB,’’ ujar Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan dalam siaran di radio militer. ’’Waktunya telah tiba untuk memberi mereka pelajaran,’’ lanjutnya.
Tidak hanya itu, Erdan juga meminta agar Guterres mengundurkan diri sebagai Sekjen PBB. Buntut pernyataan tersebut, Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Eli Cohen juga memutuskan untuk membatalkan rencana pertemuan dengan Guterres.
Pidato yang dipermasalahkan Israel itu disampaikan Guterres dalam rapat Dewan Keamanan (DK) PBB. Pemimpin berusia 74 tahun tersebut mengungkapkan, serangan Hamas pada 7 Oktober lalu tidak akan terjadi tanpa sebab. Yaitu, mulai pendudukan Israel selama 56 tahun, perampasan tanah milik warga Palestina secara terus-menerus dan dipakai untuk membuat permukiman warga Israel, hingga kekerasan.
Selain itu, perekonomian terhambat serta penduduk Palestina mengungsi dari tanahnya sendiri. ’’Harapan mereka akan solusi politik atas penderitaan tersebut telah sirna,’’ ujar Guterres.
Guterres juga menegaskan, penderitaan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan Hamas. Pun demikian serangan Hamas tidak bisa membenarkan tindakan pembalasan kolektif yang dilakukan Israel. ’’Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza. Biar saya perjelas, tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,’’ ujar Guterres tanpa menyebut Israel secara eksplisit.
Dia juga meminta adanya gencatan senjata secepatnya agar bantuan bisa masuk lebih banyak. Guterres sempat melakukan perjalanan ke perlintasan Rafah yang menghubungkan Mesir–Jalur Gaza dalam upaya agar bantuan kemanusiaan bisa masuk.
Sementara itu, kemarin Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, saat ini 6.546 warga tewas. Dari jumlah tersebut, 2.704 orang di antaranya anak-anak. Total korban luka mencapai 17.439 orang. ’’Situasi di Jalur Gaza semakin menodai hati nurani kita. Tingkat kematian dan cedera pada anak-anak sungguh mengejutkan,’’ ujar Direktur Regional Unicef untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr seperti dikutip Al Jazeera.
Situasi tersebut bakal kian buruk karena Israel tidak mengizinkan satu pun truk bahan bakar untuk masuk ke Jalur Gaza. Kemarin semua rumah sakit menghentikan operasional kecuali untuk unit gawat darurat. Sebab, sudah tidak ada lagi bahan bakar untuk generator guna menghidupkan listrik.
Negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam mulai menunjukkan dukungan terbuka untuk Palestina. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan misalnya. Dalam pidatonya di parlemen, dia menyatakan akan membatalkan rencana kunjungan ke Israel. Erdogan juga menyebut bahwa Hamas sebagai kelompok pembebasan bertempur untuk melindungi tanah airnya.
PM Malaysia Anwar Ibrahim juga ikut turun dalam aksi dukungan untuk Palestina yang dihadiri 20 ribu orang di Axiata Arena, Kuala Lumpur. Dia menyebut, tindakan Israel barbar. Anwar juga mempertanyakan demokrasi dan HAM yang selama ini dijunjung negara-negara Barat yang menjadi sekutu Israel. ’’Kita harus menerima kenyataan bahwa situasi di Gaza akan menjadi lebih buruk karena arogansi Israel yang didukung oleh AS dan Eropa,’’ ujar Anwar. (sha/c6/hud/jpg)