BEIJING (RIAUPOS.CO) - International Amnesty meminta Cina untuk mengakhiri kampanye melakukan penindasan sistematik terhadap muslim Uighur. Cina juga diminta agar transparan mengenai keberadaan satu juta umat muslim Uighur yang ditahan dengan semena-mena di tempat penampungan mereka.
Organisasi tersebut menampilkan beberapa laporan pada Ahad (23/9), mengenai hasil wawancara 100 orang lebih yang mengaku kerabatnya ditahan, disiksa, dan dipaksa masuk ke pendidikan ulang. Kamp tersebut dilaporkan berada di barat laut Cina. Dilaporkan, Beijing sedang membatasi jumlah muslim di sana.
Banyak orang muslim Uighur dan minoritas muslim lainnya dihukum karena dinilai melanggar peraturan. Dilaporkan mereka melarang para pria menumbuhkan jenggot dan wanita dilarang mengenakan burka. Mereka dilarang memiliki Alquran tanpa ada perizinan yang sah.
Mereka juga dihitung melakukan pelanggaran karena berhubungan dengan keluarga mereka yang berada di luar negeri. Kasus yang terjadi mengundang reaksi dari Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka meminta para pemimpin dunia untuk menghentikan kampanye kejam yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap etnis minoritas.
Atas pemberitaan mengenai pengungsian yang beredar, Beijing dengan tegas membantah laporan-laporan tersebut. Namun, bukti-bukti yang ada semakin bertambah maupun dalam bentuk dokumen pemerintahan atau dari kesaksian-kesaksian orang-orang yang melarikan diri dari sana. Bukti-bukti itu semakin memberikan kesan bahwa Cina menahan kelompok minoritas tersebut.
Laporan International Amnesty yang berhasil mewawancarai beberapa mantan tahanan pengungsian mengatakan, mereka dibelenggu, disiksa, dan dipaksa menyanyikan lagu-lagu politik dan belajar tentag partai komunis. Dilaporkan, bukti-bukti yang dikumpulkan oleh media telah banyak terkumpul dari tahun lalu.
International Amnesty juga meminta Beijing untuk meminta bertanggung jawab atas peristiwa buruk tersebut. Kasus ini pun mengundang reaksi dari berbagai pihak. Salah satu reaksi tersebut datangnya dari Menteri Luar Negri AS Mike Pompeo yang mengecam perbuatan ini sebagai pelanggaran berat terhadap muslim Uighur yang ditahan di sana.
Para pejabat Cina baru-baru ini banyak menyerukan praktik agama agar sejalan dengan budaya Cina. Rancangan peraturan baru juga menyarankan Beijing untuk membatasi konten religious secara online. Upaya yang dilakukan semata-mata untuk memblokir ekstimisme.
Dilaporkan tindakan kekerasan ini tidak hanya berlaku bagi umat muslim di sana. Para umat Kristiani pun juga turut menjadi korban. Salah satu buktinya adalah pemblokiran gereja bawah tanah pada awal bulan ini.(am1/jpg)