GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Perang Israel dan Palestina sudah berkecamuk selama 12 hari. Sejak meletus pada 7 Oktober lalu, sudah ribuan nyawa melayang. Baik dari pihak Palestina maupun Israel. Sudah banyak pihak dari berbagai belahan dunia yang mengecam perang itu. Terlebih, tak sedikit warga sipil yang tak berdosa turut menjadi korban.
Potensi korban bertambah masih sangat terbuka. Serangan udara dan bom tetap berjatuhan. Yang merisaukan, sejak perang meletus, Israel juga melakukan blokade total Jalur Gaza. Namun, belakangan, ada secercah harapan bagi penduduk di Jalur Gaza.
Jumat (20/10) hari ini, perlintasan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Gaza bakal dibuka. Dengan demikian, bantuan kemanusiaan bisa masuk. Puluhan truk yang sudah berjajar dapat mengirimkan makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya.
Namun, yang membuat miris, Israel hanya mengizinkan 20 truk untuk masuk ke Jalur Gaza. Padahal, ada ribuan penduduk yang kekurangan makanan dan air bersih. Selain itu, pasokan bahan bakar untuk generator listrik di puluhan RS dan obat-obatan mulai habis. Pada saat yang sama, setiap hari ratusan warga sipil di Gaza terluka karena bom yang dijatuhkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Tamer Qarmout dari Institut Studi Pascasarjana Doha mengungkapkan, 20 truk bantuan kemanusiaan untuk Gaza masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan. ’’Penghancuran ini membutuhkan operasi bantuan besar-besaran. Dua puluh truk ini adalah pasokan Wall Mart untuk kota kecil di AS atau Kanada yang dapat bertahan sehari. Itu lelucon yang memuakkan,’’ ujar Qarmout, seperti dikutip Al Jazeera.
Menurut dia, para pemimpin dunia menunjukkan kemunafikan dengan tidak mengakui penderitaan dan rasa sakit yang diderita rakyat Palestina. Padahal, pendukung Israel itu adalah negara-negara yang mengaku demokratis serta mendukung HAM dan kesetaraan. ’’Perlakukan orang-orang Palestina seperti Anda memperlakukan manusia lainnya,’’ tegas Qarmout.
Setali tiga uang, Kepala Badan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan, diperlukan sekitar 100 truk setiap hari untuk membantu penduduk Gaza. Bantuan itu sedapat mungkin masuk terus-menerus hingga situasi normal.
Jubir Komisi Eropa Balazs Ujvari juga mengungkapkan, pembatasan yang diberlakukan Israel tidak sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional. ’’Hukum humaniter internasional mewajibkan semua pihak untuk memastikan keamanan, keselamatan, serta akses kemanusiaan tanpa hambatan kepada orang-orang yang membutuhkan. Pembatasan jumlah, tujuan, dan kategori barang tidak sejalan dengan kewajiban ini,’’ ucap Ujvari, seperti dikutip CNN.
Sementara itu, serangan Israel kian brutal. Sebagian besar area yang diserang adalah permukiman dan tempat berlindung penduduk sipil. Berbarengan dengan kunjungan Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak ke Israel kemarin (19/10), IDF menjatuhkan belasan bom di Jabalia, Beit Lahia, dan Khan Younis. Puluhan penduduk Palestina pun meninggal.
Bukan hanya Jalur Gaza yang dibombardir. Israel juga menyerang wilayah pendudukan Tepi Barat. Selain IDF, warga Israel yang bermukim di wilayah itu turut melakukan serangan. Beberapa tahun terakhir, Israel terus mencaplok tanah Palestina di Tepi Barat dan mendirikan permukiman.
Dalam kunjungannya, Sunak menyatakan dukungannya pada Israel. Rombongan Sunak mengatakan, kunjungannya akan fokus menunjukkan solidaritas secara fisik dengan Israel, mendesak bantuan kemanusiaan untuk menjangkau orang-orang di Gaza, dan menekankan perlunya pendekatan tatap muka Israel terhadap invasi darat yang terukur dan tenang. Dari Israel, Sunak langsung terbang ke Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman.(sha/c18/hud/jpg)