JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Di tengah panasnya konflik Israel dan Hamas, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden kembali mengingatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk tidak berbuat semaunya. Biden mengatakan jika Israel ingin menduduki Gaza itu adalah kesalahan yang besar.
Dalam pernyataan tersebut orang nomor satu di AS itu mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya akan melakukan segala upaya untuk membantu Israel. Termasuk membebaskan sandera Israel yang ditahan oleh kelompok militan Hamas di Gaza.
Namun demikian, Biden menyatakan jika pihaknya enggan mengirim pasukan militer Amerika Serikat ke tempat terjadinya konflik tersebut.
Presiden AS kemudian mengucapkan pesan yang ditujukan untuk para sandera dengan mengatakan “Kami akan datang”. Pernyataan tersebut itu tentu menimbulkan pertanyaan tentang apa yang dimaksud.
“Yang saya maksud adalah saya akan melakukan segala daya saya untuk mengeluarkan para sandera. Saya datang membantu sandera, mengeluarkan Anda. Tapi saya tidak bermaksud mengirimkan militer ke sana. Saya sedang tidak bicara tentang militer,” ujar Biden dalam mengklarifikasi sebagaimana dilaporkan Kamis (16/11).
Sementara itu, Qatar yang menjadi tempat Hamas menjalankan kantor politiknya telah berusaha melakukan mediasi antara Hamas dan pejabat Israel untuk melakukan pembebasan sandera.
Diketahui jumlah sandera yang diamankan Hamas mencapai 240 orang lebih termasuk para tentara Israel, warga sipil Israel hingga warga dari luar negeri, termasuk warga AS.
Hamas sendiri telah melancarkan serbuan ke Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, karena ingin memberontak dari masa penjajahan Israel selama berpuluh-puluh tahun. Ya, Gaza disebut-sebut telah menjadi penjara dunia karena penjagaan dan penindasan yang dilakukan oleh Israel.
Menanggapi aksi mendadak dari Hamas tersebut, Israel kemudian membalas dengan melakukan serangan besar-besaran melalui jalur udara dan darat. Israel melakukan bom tanpa henti di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.(jpg)