(RIAUPOS.CO) - Migran Honduras yang berjumlah lebih dari 1.500 orang menuju Amerika Serikat (AS), berjalan kaki ke perbatasan Guatemala-AS. Para migran, yang termasuk orang dewasa dan anak-anak dan perempuan yang membawa bayi, memulai perjalanan dari Sabtu, (13/10), dari kota utara San Pedro Sula, berhari-hari setelah Wakil Presiden AS Mike Pence meminta Amerika Tengah untuk menghentikan migrasi massal.
Kedutaan Besar AS di Honduras mengatakan, mereka sangat khawatir tentang kelompok migran yang ingin pergi ke AS tersebut. Namun, Kedutaan AS di Honduras, mengatakan situasi di Honduras membaik.
Pemerintah Honduras mengatakan, mereka menyesalkan situasi itu karena warga yang berdemo merasa tertipu tak bisa masuk AS. Pemerintah Meksiko mengeluarkan pernyataan atas demo tersebut. Mereka mengingatkan, visa harus diminta di konsulat, bukan di perbatasan, dan mengatakan aturan migrasi selalu diamati.
Penyelenggara unjuk rasa, Bartolo Fuentes mengatakan, para peserta tidak ditawari atau dijanjikan apa-apa tetapi mereka hanya ingin melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di negara mereka. Fuentes, mantan anggota parlemen Honduras, mengatakan kelompok itu telah berkembang dalam perjalanannya ke sekitar 1.800 migran dari 1.300.
Kelompok itu mulai tiba di Nueva Ocotepeque, dekat perbatasan Guatemala, pada hari Ahad (14/10). Rencananya adalah untuk menyeberang Guatemala dan mencapai Tapachula di Meksiko selatan untuk mengajukan visa kemanusiaan yang memungkinkan orang untuk menyeberang atau mendapatkan suaka di AS.
Di Honduras, 64 persen rumah tangga berada dalam kemiskinan, belum lagi dirundung oleh geng-geng yang dengan kasar memeras orang.
Namun, pekan lalu, Pence mengatakan kepada negara-negara Amerika Tengah bahwa AS bersedia membantu dengan pembangunan ekonomi dan investasi jika mereka berbuat lebih banyak untuk mengatasi migrasi masal, korupsi dan kekerasan geng.(iml/jpg)