Perang di Sudan Renggut Nyawa Penyanyi Shaden Gardood

Internasional | Selasa, 16 Mei 2023 - 06:38 WIB

Perang di Sudan Renggut Nyawa Penyanyi Shaden Gardood
Penyanyi Sudan, Shaden Gardood, semasa hidup. Dia meninggal dunia akibat perang di negaranya. (GAROWE ONLINE)

OMDURMAN (RIAUPOS.CO) – Karier Shaden Gardood sebagai penyanyi kenamaan kini terhenti. Bukan karena pensiun dari dunia hiburan. Melainkan, perang di Sudan merenggut nyawanya. Penyanyi berusia 37 tahun itu tewas dalam baku tembak di Kota Omdurman, Jumat (12/5).

Kematian Gardood terjadi hanya satu hari setelah militer dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang terlibat perang saudara itu menandatangani kesepakatan untuk meringankan penderitaan warga sipil. Pada Ahad (14/5) pembicaraan damai dimulai lagi di Jeddah, Arab Saudi. Namun, situasi di dalam negeri, baku tembak tidak juga terhenti.


Gardood meninggalkan seorang putra berusia 15 tahun, Hamoudy, serta ibu dan saudara perempuan. Gardood tinggal di Al Hashmab, Omdurman. Beberapa hari terakhir, kehadiran RSF di area tersebut meningkat. Tempat tinggal Gardood dekat gedung televisi dan radio nasional. Dua gedung itu menjadi rebutan sejak hari pertama perang. Belakangan RSF menguasai area tersebut. Mereka pun diserang terus-terusan dari darat maupun oleh jet tempur militer.

Sejak perang meletus April lalu, Gardood kerap mengunggah situasi terkini di area lingkungan tempat tinggalnya. Dia lantang menentang perang yang terjadi di negaranya. Dalam unggahan terakhirnya di Facebook, dia berkata telah terjebak di dalam rumahnya selama 25 hari terakhir.

’’Kami lapar dan hidup dalam ketakutan yang luar biasa besar, tapi kami memiliki etika dan nilai-nilai,’’ bunyi unggahannya yang merujuk pada penjarahan di Khartoum.

Dalam video yang beredar di media sosial, Gardood berkata bahwa dirinya berusaha bersembunyi dari penembakan dan meminta putranya menutup jendela. Dia juga meminta putranya segera menjauhi pintu dan jendela. Tampaknya, saat itu baku tembak tengah terjadi.

Baca Juga: Korban Aliran Sesat di Kenya Bertambah, 22 Jasad Ditemukan Lagi, Total Lebih dari 200 Orang Tewas

’’Demi Allah, kami akan mati dengan pakaian lengkap kami. Kamu harus memakai ini, kita akan mati dalam kondisi yang lebih baik,’’ ujarnya.

Tidak diketahui saat itu Gardood berbicara dengan siapa dan menyuruh lawan bicara memakai apa. Berdasar keterangan para tetangganya, Gardood meninggal karena luka-luka yang dideritanya. (sha/c7/hud)

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

as









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook