Sudan Berdarah, Sekitar 1.000 Orang Tewas Akibat Perebutan Kekuasaan

Internasional | Rabu, 12 Juli 2023 - 12:22 WIB

Sudan Berdarah, Sekitar 1.000 Orang Tewas Akibat Perebutan Kekuasaan
Pemimpin paramiliter RSF, Mohamed Hamdan Dagalo. (REUTERS/UMIT BEKTAS)

KHARTUM (RIAUPOS.CO) - Perebutan kekuasaan yang terjadi di Sudan antara tentara pemerintah dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak 15 April lalu, telah menewaskan sedikitnya 1.000 warga sipil dan mengakibatkan 2,9 juta penduduk di negara itu terpaksa harus mengungsi.

Sebagian besar kota-kota di Sudan tampak hancur dan telah ditinggalkan warganya untuk menghindari konflik bersenjata itu. Upaya damai telah diusahakan, namun kedua kelompok gagal untuk masuk ke meja perundingan.


Kementrian Luar Negeri Sudan yang mewakili pemerintah dan militer bahkan menolak keras usulan pengiriman pasukan penjaga perdamaian dari IGAD (Organisasi Pembangunan Antar Pemerintah) untuk melindungi warga sipil.

Keputusan pemerintah Sudan itu telah memutus harapan upaya mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung selama hampir tiga bulan.

Sebelumnya, sejumlah negara dalam KTT IGAD yang mewakili Afrika Timur, memberikan usulan agar dipertimbangkannya pengiriman pasukan perdamaian ke wilayah itu serta akan membantu memediasi antar kedua kelompok.

Pembicaraan perdamaian dari IGAD ini menjadi upaya yang kedua, setelah sebelumnya Amerika Serikat dan Arab Saudi berniat membuka meja perundingan di Jeddah, namun hal itu gagal karena pasukan RSF dan militer Sudan berkali-kali melanggar gencatan senjata.

Militer Sudan pun telah menolak mentah-mentah tawaran dari IGAD, bahkan mereka menuduh negara Kenya (yang telah mengupayakan perdamaian) menyediakan tempat perlindungan bagi paramiliter RSF.

"Ketidakhormatan IGAD terhadap pendapat negara-negara anggotanya, akan membuat pemerintah Sudan berpikir kembali kegunaan keanggotaannya dalam organisasi itu," ujar kementrian luar negeri Sudan, Selasa (11/7/2023).

"Pemerintah Sudan menolak pengerahan pasukan asing di Sudan dan akan menganggap mereka sebagai tentara musuh," lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (12/7/2023).

Pernyataan keras dari pemerintah Sudan itu berdekatan dengan rencana digelarnya KTT IGAD yang akan dilaksanakan di Addis Ababa, Etiophia pada akhir pekan ini.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook