Buntut Israel Stop Listrik, Rumah Sakit di Gaza Berisiko Berubah Menjadi Kamar Mayat

Internasional | Jumat, 13 Oktober 2023 - 01:05 WIB

Buntut Israel Stop Listrik, Rumah Sakit di Gaza Berisiko Berubah Menjadi Kamar Mayat
Gambaran situasi mencekam serangan Israel terhadap Palestina.  (JAWAPOS.COM VIA ANTARA)

GAZA (RIAUPOS.CO) - Pada hari Rabu, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar dan ditutup setelah keputusan Israel untuk memutus pasokan setelah serangan yang dilancarkan oleh Hamas.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC), sebuah badan amal medis, pada hari Kamis menyebut eskalasi tersebut menjijikkan dan memohon kepada Israel dan Hamas untuk mengurangi penderitaan warga sipil. Direktur Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Fabrizio Carboni  mengungkapkan jika rumah sakit kehilangan bahan bakar listrik maka hal tersebut akan berdampak pada terancamnya nyawa pasien.


"Ketika Gaza kehilangan listrik, rumah sakit kehilangan listrik, membuat bayi yang baru lahir di inkubator dan pasien lanjut usia yang membutuhkan oksigen terancam. Dialisis ginjal berhenti, dan sinar-X tidak dapat dilakukan," ungkap Fabrizio.

Dia juga menambahkan bahwa keadaan tanpa listrik berisiko mengubah rumah sakit menjadi kamar mayat.

"Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat," imbuhnya.

Fabrizio mengatakan warga Gaza juga kesulitan untuk mengakses air bersih.

"Keluarga-keluarga di Gaza sudah mengalami kesulitan untuk mengakses air bersih. Tidak ada orang tua yang mau dipaksa memberikan air kotor kepada anaknya yang sedang kehausan," tambahnya.

Diketahui serangan bom Israel atas Gaza menyusul serangan Hamas di Israel selatan, telah menewaskan empat staf ICRC di daerah Gaza, menurut juru bicara badan amal tersebut.

Sementara itu, Human Rights Watch, sebuah organisasi hak asasi manusia global, mengatakan bahwa pihak berwenang Israel, sebagai pihak yang menduduki Gaza, di bawah hukum internasional harus memastikan bahwa kebutuhan dasar penduduk terpenuhi.

"Sebaliknya, mereka telah menjalankan Gaza sejak tahun 2007 sebagai 'penjara terbuka', memberlakukan pembatasan besar-besaran terhadap pergerakan orang dan barang. Setelah serangan akhir pekan [oleh Hamas], pihak berwenang sekarang menutup tembok-tembok penjara itu lebih jauh lagi," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Hamas harus diadili atas pembunuhan warga sipil di Israel, tetapi merampas listrik dan bahan bakar dari seluruh penduduk Gaza atas tindakan individu adalah bentuk hukuman kolektif.

"Menteri Energi dan Infrastruktur Israel telah menjelaskan bahwa serangan Hamas baru-baru ini adalah 'alasan mengapa kami memutuskan untuk menghentikan aliran air, listrik dan bahan bakar'. Taktik ini merupakan kejahatan perang, seperti halnya menggunakan kelaparan sebagai senjata perang," kata HRW.

Namun pada hari Kamis, Menteri Energi Israel, Israel Katz, berjanji bahwa negaranya tidak akan mengizinkan sumber daya dasar atau bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza hingga Hamas membebaskan orang-orang yang mereka tawan dalam serangan akhir pekan lalu.

"Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada saklar listrik yang akan dinyalakan, tidak ada keran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai orang-orang Israel yang diculik dikembalikan ke rumah," katanya dalam sebuah pernyataan.

Hamas membawa sekitar 150 sandera Israel ke Gaza dalam serangan mematikan ke Israel selatan pada akhir pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang. Lebih dari 1.300 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara pada hari Sabtu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 5.339 orang lainnya terluka.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook