Sosok Panglima Militer Hamas 30 Tahun Dicari Israel, Terpaksa Menyamar saat Ibunya Meninggal

Internasional | Rabu, 11 Oktober 2023 - 01:03 WIB

Sosok Panglima Militer Hamas 30 Tahun Dicari Israel, Terpaksa Menyamar saat Ibunya Meninggal
Panglima Militer Hamas Mohammed Diab Ibrahim Al-Masri atau Mohammed Al-Deif, menjadi sosok paling dicari Israel. (INTERNET)

GAZA (RIAUPOS.CO) — Selama tiga dekade atau 30 tahun, Panglima Militer Hamas Mohammed Diab Ibrahim Al-Masri atau Mohammed Al-Deif, menjadi sosok paling dicari Israel. Panglima Brigade Ezz Al-Din Al-Qassam atau menteri pertahanan Hamas ini sudah 30 tahun tak muncul ke publik dan menjadi sosok di balik suksesnya serangan Hamas ke Israel.

Dilansir dari Ahram, Al-Deif, berusia lima puluhan tahun per 2023 ini, Panglima Hamas ini lahir di Khan Younes dari sebuah keluarga Palestina yang diusir dari rumah mereka di Desa Kawkaba, dekat Ashkelon, pada tahun 1948. Dari informasi yang didapat Al deif dilatih dan dididik oleh orang pertama generasi pemimpin Ikhwanul Muslimin di Palestina.


Al-Deif lulus dari Universitas Islam di Gaza, yang mungkin merupakan penampilan terakhirnya sebelum bergabung dengan gerakan yang diciptakan oleh Salah Shahada. Kemudian naik ke komando Brigade Qassam setelah insiden yang merenggut nyawa komandan sebelumnya Emad Akl.

Al-Deif jauh dari dunia politik, atau bahkan jarang tampil di depan umum. Al- Deif adalah orang yang tinggal di bawah tanah, atau di kamp pelatihan dan lapangan di Gaza, bila diperlukan. Diketahui penampilan publik satu-satunya adalah dalam film dokumenter besutan Al-Jazeera.

 

Akan tetapi dalam dokumenter wajahnya ditutupi. Namun di balik topeng itu, orang terpesona oleh kekuatan suaranya, sifat metodis dari pikiran militernya.

Tegas dalam mengembangkan kekuatan khusus ketika perang gerilya yang dilancarkan oleh perlawanan Palestina melawan pendudukan Israel. Para anggota sayap militer Hamas itu berangkat dan menguasai situs-situs Israel, membunuh orang-orang dan melakukan penyanderaan, mengikuti perintah Deif. Itu sekali lagi membuktikan bahwa dia mempunyai hak tertinggi di Palestina dalam melancarkan atau mengakhiri perang.

 

Perancang Operasi Badai Al Aqsa

Operasi Badai al-Aqsa yang dirancang Mohammed Deif berlangsung kilat dan spektakuler. Ribuan roket dalam hitungan menit gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome. Masuknya ratusan milisi al-Qassam ke kota-kota Israel selatan mengejutkan negara Yahudi itu, menjadi pukulan telak bagi badan intelijen Mossad.

Sejak dimulai Sabtu (7/10) waktu setempat, Operasi Badai al-Aqsa telah menewaskan lebih dari 800 orang Israel. Ribuan lainnya terluka dan lebih dari 100 orang diculik. Tidak ada yang mengenal Deif kecuali keluarganya dan sekelompok kecil anggota Hamas.

Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui keberadaan orang yang dicari Israel selama beberapa dekade sebagai buronan nomor satu.  Saat ini, ada tiga gambar Deif: satu sangat tua, satu lagi bertopeng, dan gambar bayangannya.

 

 

Tiga Dekade Tak Muncul ke Publik

Bahkan Israel, yang membanggakan diri sebagai negara dengan intelijen paling kuat di dunia, tidak memiliki gambaran terkini tentang komandan Brigade al-Qassam ini.

Pada Januari 2011, ibu Deif meninggal. Semua pemimpin Hamas menghadiri pemakaman kecuali dia. Tidak diketahui apakah dia hadir, karena ada yang mengatakan dia ada di sana, sementara yang lain mengklaim dia tidak hadir karena alasan keamanan. Beberapa juga mengklaim dia berada di pemakaman dengan menyamar sebagai pria yang lebih tua.

Dia digambarkan sebagai orang yang cerdas, genius, dan tidak suka tampil di depan umum. Dia tidak menggunakan teknologi dan jarang menyiarkan pesan audio, hanya untuk mengumumkan dimulainya pertempuran baru dengan Israel.

Deif tidak muncul di tempat umum selama hampir tiga dekade, atau seperti yang ditulis surat kabar Asharq Al-Awsat di Gaza: "Jika kami melihatnya, kami tidak akan mengenalnya."

Rasa aman yang tinggi pada Deif mungkin menjelaskan bagaimana Israel tidak mampu menemukannya. Komandan tersebut telah dicari oleh Israel sejak pertengahan tahun 1990-an ketika mantan Perdana Menteri Israel Shimon Peres meminta Presiden Palestina Yasser Arafat untuk menangkapnya sebelum Arafat mengungkapkan keterkejutannya atas nama tersebut seolah-olah dia tidak mengenalnya.

Peres kemudian mengakui bahwa dia tahu Arafat melindunginya, menyembunyikannya, dan berbohong tentang dia. Israel mencoba membunuhnya lebih dari sekali dan melukainya dua kali.

Sumber: Pojoksatu.id
Editor: Edwar Yaman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook