(RIAUPOS.CO) - Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau duduk bersimpuh di depan gedung parlemen negaranya. Politikus 48 tahun itu ikut dalam aksi damai sebagai bentuk solidaritas atas kematian George Floyd. Trudeau menyuarakan ketidaksetujuannya pada rasisme dan kebrutalan polisi.
Agence France-Presse mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19 melanda Eropa, Trudeau jarang tampil di depan publik. Tapi, Jumat lalu (5/6) dia membuat pengecualian. PM ke-23 Kanada itu membaur dengan rakyatnya. Dia membawa kaus hitam bertulisan Black Lives Matter dan ikut menyuarakan protes di balik maskernya.
Massa aksi yang bertajuk No Justice = No Peace itu berjalan hingga ke depan Kedutaan Besar AS. Sepanjang aksi, Trudeau sempat bersimpuh tiga kali. Namun, dia tidak memberikan pidato khusus. Hanya bertepuk tangan dan mengamini para orator di podium.
Massa yang ikut aksi bersamanya bukan hanya warga kulit hitam, tapi juga mereka yang berkulit putih. Aksi serupa terjadi di berbagai kota lain di Kanada. Sikap polisi Kanada berbanding terbalik dengan AS. Mereka mengawal para demonstran dengan damai. Kepala Polisi Toronto Mark Saunders dan beberapa anak buahnya bahkan menemui demonstran dengan posisi bersimpuh sama seperti Trudeau.
Selasa lalu (2/6) Trudeau sempat banjir kritik. Itu terjadi setelah salah seorang jurnalis bertanya tentang tanggapannya atas ucapan Presiden AS Donald Trump yang mengancam menggunakan militer untuk membubarkan demonstran. Trudeau diam selama 21 detik sebelum akhirnya menjawab. Dia beberapa kali membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar. ’’Kita semua ngeri dan takut menyaksikan apa yang terjadi di AS,’’ ujar Trudeau kala itu sebagaimana dikutip The Guardian.
Saat ditanya lebih jauh tentang kata-kata dan tindakan Trump, Trudeau juga lebih memilih menghindar. Trudeau menegaskan bahwa tugasnya sebagai PM Kanada adalah membela warga Kanada. Dia lantas menegaskan pentingnya mengakhiri rasisme dan kebrutalan polisi. Baru-baru ini juga terjadi insiden kematian yang melibatkan petugas kepolisian di Kanada.
Beberapa pihak mungkin masih meragukan Trudeau. Itu setelah foto-fotonya yang berkostum seperti orang kulit hitam tersebar luas saat kampanye lalu. Trudeau akhirnya meminta maaf dan terpilih kembali sebagai PM.
Wakil PM Chrystia Freeland justru memberikan pernyataan yang jauh lebih tegas. Dia menentang kekerasan yang terjadi kepada para jurnalis di lapangan saat meliput aksi massa di AS. Mereka menjadi target serangan massa dan polisi. Freeland yang seorang mantan jurnalis menjadi geram. ’’Jurnalis bukan musuh rakyat, jurnalis melayani rakyat,’’ tegasnya.
Hubungan Trudeau dengan Trump sejatinya tak terlalu baik. Bukan satu dua kali Trudeau mengecam sikap dan langkah-langkah yang diambil Trump. Desember tahun lalu, dia bahkan menjadikan Trump bahan bercandaan dengan para pemimpin dunia lain dalam pertemuan NATO.
Tapi, kini Trudeau harus mencari kata-kata yang tepat agar tak membuat Trump murka. Perekonomian dunia sedang lesu belakangan ini karena pandemi Covid-19. Sedangkan AS adalah salah satu partner dagang terbesar Kanada. AS juga menjadi supplier utama peralatan medis. Perbatasan dua negara masih ditutup dan hanya barang-barang penting yang boleh lewat. Membuat AS berang bisa membuat pengiriman tersebut terhenti.
Sementara itu, aksi massa di AS belum surut. Massa masih memadati jalanan di berbagai penjuru kota, termasuk di Washington DC. Sejak Sabtu (6/6), massa sudah menuju ke arah Gedung Putih. Namun, polisi menutup akses jalan. Diperkirakan ribuan massa akan memadati ibu kota AS itu sepanjang akhir pekan. Aksi solidaritas senada terjadi di berbagai penjuru dunia. Mulai Inggris hingga Australia.
Sehari sebelumnya, Wali Kota Washington DC Muriel E Bowser mengubah jalan menuju Gedung Putih menjadi Black Lives Matter Plaza. Di aspal jalan juga terdapat tulisan Black Lives Matter berwarna kuning dalam ukuran besar.
Selama beberapa hari belakangan ini, Bowser memang berselisih dengan Trump terkait cara orang nomor satu itu menangani aksi massa. Bowser tak sepakat dengan penggunaan kekerasan. Dia kian terpanggil karena sama-sama berkulit hitam seperti mendiang George Floyd.(sha/c17/ayi/das)
Laporan JPG, Ottawa