GAZA (RIAUPOS.CO) — Kekhawatiran semakin meningkat setelah kelompok militan Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran menyatakan perang besar dengan Israel.
Konflik seperti ini akan jauh lebih besar dan mematikan dibandingkan perang Israel melawan Hamas di Gaza karena besarnya dan kemampuan pasukan Lebanon.
Peningkatan serangan Hizbullah yang tiba-tiba kemarin terhadap sasaran-sasaran di seberang perbatasan di utara Israel merupakan suatu tanda yang tidak baik.
Militan Islam Syiah di Lebanon telah meningkatkan serangan mematikan ke Israel utara sejak perang antara pasukan Israel dan Hamas usai serangannya pada 7 Oktober lalu. Meskipun mengkhawatirkan, tindakan tersebut masih berada dalam tingkat eskalasi tertentu yang dapat dihadapi oleh pihak Israel dan bukan merupakan tanda awal terjadinya perang dengan skala penuh.
Peningkatan permusuhan kemarin, termasuk penggunaan pertama drone bunuh diri bisa saja mengubah perhitungan eskalasi tersebut. Militer Israel membalas serangan tersebut dengan serangan udara terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon menggunakan tembakan tank dan artileri.
Aksi terbaru Hizbullah meningkatkan ketegangan di perbatasan utara Israel ke tingkat tertinggi dalam empat minggu terakhir yang termasuk dalam krisis paling parah antara kedua belah pihak sejak perang Lebanon tahun 2006.
Perhatian terfokus pada pidato Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah yang memberikan komentar publik pertamanya sejak perang Israel dengan Hamas dimulai.
Sadar akan risiko Hizbullah yang didukung oleh Iran, dapat membuka front baru melawan Israel. Amerika Serikat juga telah melakukan segala daya untuk mencegah eskalasi.
Dua kelompok penyerang kapal induk bersenjata lengkap telah dipindahkan ke wilayah tersebut, dengan kemampuan untuk menyerang segala ancaman terhadap aset atau sekutu AS. Upaya diplomatik yang signifikan juga sedang dilakukan dengan pesan-pesan yang disampaikan ke Teheran dan Hizbullah untuk memperingatkan agar tidak memicu terjadinya perang regional.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman