PYONGYANG (RIAUPOS.CO) - Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan, dia berkomitmen untuk melaksanakan denuklirisasi Semenanjung Korea. Namun ia memperingatkan dia akan mengubah arah jika AS terus memberikan sanksi terhadap negaranya. Hal itu disampaikan selama pidato Tahun Baru Kim pada Selasa (1/1).
Pidato tahun lalu menempatkan Korut pada jalur diplomasi internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Korea Selatan (Korsel) dan AS. Kim bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk membahas denuklirisasi pada Juni 2018.
Pemulihan hubungan tahun lalu terjadi setelah gejolak 2017 yang ditandai oleh Korut yang menguji rudal yang dapat mencapai daratan AS dan meningkatnya retorika antara Pyongyang dan Washington. Kedua belah pihak mempertontonkan penghinaan dan ancaman penghancuran nuklir.
Pidato Tahun Baru adalah tradisi yang diambil Kim dari kakeknya, pendiri negara komunis, Kim Il Sung. Pidato ini ditujukan terutama pada audiensi domestik dan seperti tahun sebelumnya yang sebagian besar berfokus pada ekonomi.
‘’Jika AS tidak menepati janjinya di depan seluruh dunia, dan menegaskan sanksi dan tekanan pada republik kita, maka kita mungkin dibiarkan dengan tidak ada pilihan selain mempertimbangkan cara baru untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan kita,’’ katanya dilansir dari BBC pada Selasa (1/1).
Dia juga mengatakan siap untuk bertemu dengan Trump lagi kapan saja. Sejak KTT Trump-Kim, ada sedikit kemajuan telah dibuat. Sementara Korut telah menghentikan uji coba rudal dan nuklir, ada sedikit indikasi bahwa Pyongyang bekerja menuju denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi seperti yang diminta AS untuk dilakukan.
Korut juga telah membongkar beberapa fasilitas pengujian tetapi ada dugaan mereka melanjutkan program senjatanya. Trump mengatakan, ia mengharapkan pertemuan puncak kedua akan berlangsung pada awal Februari, tetapi belum ada konfirmasi.(iml/jpg)