BENGKALIS (RIAUPOS.CO) -- Ada saja istilah kata percakapan bahasa Melayu jika lebaran tiba. Kata Tehaer baca THR sudah jamak menasional. Tapi Ae Letop atau air letop mungkin kata yang hanya dipakai puak Melayu Bengkalis dan sekitarnya.
Air letop atau air kaleng sebutan minuman kemasan dalam kaleng. Kebanyakan jenis minuman kaleng mengandung gas. Anak-anak sebelum minum dikocok-kocok dulu. Saat dibuka tutupnya karena bergas bunyinya gess! . Alamak maka dinamakan air letop.
Bagi warga Bengkalis sejak orang tua dahulu lebaran dipastikan setiap rumah menyajikan kue mue dan belum sempurna jika tidak ada minuman air kaleng.
Dari mana datangnya? Minuman air kaleng dengan beraneka ragam merk diantaranya; D’best, Seasons, Yeos, FN, Naraya, Coca Cola, Sprite, Milo dan lainnya dibeli bukan dari Jakarta Indonesia tetapi dari Negeri Jiran Melaka Malaysia.
Dari zaman ke zaman kedekatan pulau Bengkalis dengan Melaka, hanya butuh waktu tempuh sekitar 2 jam untuk melintas. Warga tidak hanya sebatas beraktivitas saling berkunjung sesama kerabat tetapi juga perdagangan lintas batas. Dulu warga Bengkalis ke Melaka cukup Cop Paspor.
Sayangnya sekarang ditutup padahal di tempat lain masih tetap dibuka. Akibatnya warga Bengkalis tidak bisa menjual hasil kebun dan ikan seperti dulu karena regulasi yang sebenarnya mematikan pelaku usaha warga, sebaliknya mengenyangkan para toke, cukong besar atas nama pelaku ekspor.
Zaman "semokel" jual kayu "balak" hasil tebangan hutan Riau lalu lalang. Tongkang syarat muatan "Balak" tak ketinggalan kayu "teki" alias kayu bakau dijual ke Melaka. Ketika balik Bengkalis membawa muatan berbagai barang. Tak hanya kebutuhan pokok seperti Beras, Tepung Terigu, Gula Pasir kecap hingga sauspun serba produk negara Jiran Malaysia. Barang lainnya seperti perabot rumah tangga juga tabung gas lengkap kompornya juga dari seberang.
Air letop menjadi primadona bagi masyarakat Bengkalis. Satu keluarga membutuhkan puluhan Kis minuman. Satu Kis berisi 24 kaleng. Takaran Kis tak ditemukan tapi lazim digunakan di Bengkalis. Takaran yang ada gros dan Lusin, berarti satu Kis sama dengan dua lusin.
Harganya juga tidak sama. Sesuai dengan kadar rasa dan tingkatan rata-rata dari Rp95 ribu sampai Rp125 ribu. Bandrol keluaran produksi masing-masing produsen.
Tidak heran menjelang lebaran bongkar muat kapal kebanyakan berisi minuman air kaleng. Gudang-gudang pemilik toko penuh tumpukan kaleng. Hampir semua toko menjualnya. Sebagai gambaran betapa primadonanya air letop salah satu toko milik Ongkiat bisa menjual ratusan Kis setiap momen lebaran Idul Fitri.
Air Letop boleh disebut tradisi seperti tradisi lampu colok. Bahkan untuk membuat pelita lampu colok warga menggunakan kaleng bekas minuman sampai sekarang.
Air letop juga mendominasi saat lebaran. Banyak Perkantoran, Instansi, Organisasi, Paguyuban memberikan ucapan selamat hari raya disertai pemberian beberapa Kis minuman kaleng. Kebiasaan tersebut akhirnya mentradisi terkini sejumlah kantor maupun perorangan memberikan THR dengan kupon minuman kaleng.
Keberadaan air letop semakin mencuri hati. Hanya saja kebiasaan mulia ini terkadang membuat berat hati. Bagi Anda yang berkemampuan rezeki tak ada salahnya berbagi. Buat yang kocek cekak jangan memaksakan kehendak. Yang penting jangan gara-gara aie letop buat "bengak".(ifr/ksm)
Editor: Rinaldi