Lama kelamaan, usaha kedai kopi ini semakin besar. Letak kedainya juga sempat berpindah- pindah. Namun selalu berada di Jalan Senapelan. Jika di awalnya hanya menjual roti bakar dan kopi saja, lambat laun, banyak pedagang lain yang ingin maju bersama Kim Teng. Sehingga, seperti yang kita dilihat saat ini, Kim Teng juga menyediakan bubur, mi pangsit dan aneka makanan lainnya.
“Kemasyuran nama Kim Teng membuat masyarakat Pekanbaru membanggakannya kepada tamu atau rekan mereka yang berkunjung. Sehingga kini, nama Kim Teng bukan hanya terkenal di level domestik saja. Tapi juga nasional. Banyak orang luar Riau yang gemar ngopi di sana. Untuk luar negeri, pendatang Malaysia yang paling gemar mendatangi kedai kopi ini,” sambungnya.
Sampai-sampai ada ungkapanmasyarakat, ujar Suwardi, ke Pekanbaru belum lengkap rasanya kalau belum ke Kim Teng. Terkait kasus yang menyandung Kim Teng baru-baru ini, Suwardi cukup menyayangkan. Apalagi ini terjadi saat Kim Teng sudah mendapat nama dan jadi kecintaan masyarakat. Ia berharap hal tersebut tidak serta merta melunturkan citra si legenda ini.
“Mudah-mudahan, Kim Teng bisa tetap menjadi ikon kita. Saya rasa, masyarakat tidak bisa langsung meninggalkan kedai kopi yang sudah melegenda ini. Yang jelas, tentu Kim Teng harus terus menjaga kualitas makanan dan minuman yang disajikan. Karena ada banyak masyarakat yang menjadi penikmat setianya bahkan dari sejak pertama berdiri,’’ terangnya.
Ia juga menilai, Kim Teng ini adalah aset. Aset yang layak dipertahankan karena potensi wisata kulinernya begitu besar.(nda/cr4/azr/man/ted)
