JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Indonesia bebas lokalisasi prostitusi di 2019 yang ditargetkan pemerintah tidak akan menjamin akan habisnya praktik prostitusi di negeri ini.
Sebab mereka akan tetap mencari para hidung belang yang membutuhkan belaiannya meski tidak ada lagi tempat bagi penjaja seks untuk menjajakan layanannya. Caranya, dengan berkomunikasi langsung secara online dengan calon konsumen.
Pengamat Sosial Budaya Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati menuturkan, secara umum prostitusi jalanan sedang memasuki masa "sunset industry". Seluruh bisnis secara umum, tak terkecuali "bisnis prostitusi" sudah masuk ke dunia online. "Hal menarik lain, melalui online, para pelaku seks komersial tidak membutuhkan lagi "marketing" karena mereka dapat secara mandiri "memasarkan" dirinya," ujar Devie Rahmawati kepada JawaPos.com, Rabu (24/2/2016).
Dia menyebutkan, riset di Eropa menemukan bahwa kemudahan medium internet yang memungkinkan siapa saja memasuki bisnis hitam ini dan bahkan terlindungi dari stigma di jalanan, membuat para pelakunya mulai beralih ke dunia online.
Fenomena ini sudah terlihat di Indonesia. Baru-baru ini seorang PSK bernama Deudeuh Alfisahrin alias Tata Chubby, yang menjadi korban pembunuhan oleh pelanggannya. Berdasarkan pengakuan pelakunya, Muhammad Prio Santoso, dia mengetahui adanya layanan prostitusi itu melalui media sosial (medsos) Twitter. Di medsos itu pelaku mendapatkan nomor kontak korban hingga membuat kesepakatan untuk berkencan di tempat kos-kosan Tata Chubby.
Prostitusi online baru-baru ini juga menjerat oknum artis. Mereka menggunakan jasa murcikari sebagai penghubung dengan calon pelanggannya. Sebut saja pedangdut Hesty Klepek-klepek, Nikita Wirzani, Anggita Sari, dan beberapa nama lainnnya.
Sebelumnya Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parwansa mengatakan, pemerintah menargetkan Indonesia bebas lokalisasi prostitusi pada 2019. (iil)
Sumber: Jawa Pos
Editor: Hary B Koriun