Melalui penggalan narasi di atas, saya hendak menyampaikan pesan ke kawan-kawan saya tercinta. Mungkin masih ingat, di bulan Maret 2020 lalu, saya pernah agak risau dan cerewet ingin memastikan di Kepulauan Meranti, khususnya di Kota Selatpanjang tidak ada orang yang tertular Covid-19.
Kekhawatiran saya waktu itu cukup beralasan. Mengingat fasilitas kesehatan di sini waktu itu masih banyak belum siap. Dan di bulan Februari-Maret, penerbangan dari Batam ke Wuhan infonya masih beroperasi (tempat dimana virus Covid pertama kali ditemukan,red). Sebagian besar warga keturunan Tionghoa yang menempati 75 persen Kota Selatpanjang, biasa bepergian ke Tiongkok. Ada yang untuk berwisata, tapi tidak jarang yang pulang ziarah ke kampung leluhurnya. Belum lagi lalu lintas orang masuk dari dan ke Malaysia serta Singapura yang selalu ramai setiap harinya. Mereka transit di Selatpanjang, Kepulauan Meranti.
Kembali ke fasilitas kesehatan. Kalau pun ada, di sana hanya satu yaitu RSUD di Tebing Tinggi. RSUD yang dibangun sewaktu statusnya Puskesmas, ketika Kepulauan Meranti masih bergabung dengan Kabupaten Bengkalis. Saat itu, RSUD ini pun belum disiapkan serta dirancang untuk melayani pasien Covid-19. Baru sekarang ini sepertinya sudah bisa menerima dan merawat pasien.
Tapi bagaimana kalau itu kejadiannya di belakang Selatpanjang, seperti Lukun, atau di seberang seperti di Tanjung Rangsang dan tempat-tempat yang aksesnya sulit dijangkau. Seperti yang kemarin terjadi di Tasik Putri Puyuh. Semuanya terkejut-kejut. Langsung jumlah kasusnya untuk Meranti mendaki. Satu klaster dari Temboro Jawa Timur. Seorang santri yang pulang kampung di bulan Ramadan, tanpa disadari telah terinveksi saat perjalanan pulang.
Dari yang ketika itu Meranti nol Covid-19 bersama Kuantan Singingi, dan Rokan Hilir, langsung jadi 12 kasus. Dan sekarang Rokan. Hilir, Kuantan Singingi juga terus muncul kasus Covid-19. Praktis, di 12 kab/kota di Riau tidak ada lagi yang bebas dari Covid-19. Bahkan di map warnanya sudah merah menyala semua.
Selama di Meranti kemarin, saya hanya beraktifitas dari penginapan di Hotel Indo Baru ke KPU Meranti saja. Dari tanggal 3 September malam mengikuti simulasi penerimaan pendaftaran, dan di tanggal 4 nya seharian mendampingi penerimaan pendaftaran bakal pasangan calon.
Karena harus mengurusi salah seorang calon dari Meranti yang Positif Covid-19, saya putuskan harus pulang cepat ke Pekanbaru untuk berkoordinasi dengan pihak RSUD AA di tanggal 5 September pagi. Dan sesegera mungkin untuk melakukan swab mandiri.
Ada hikmahnya juga rencana mau ketemuan sama Monok, Dedi dkk, dan rencana ketemu Eti ambil madu saya batalkan, dan Senin-Selasa mau nemui Mak di seberang (balik kampung, red) saya batalkan juga. Jika posisi saya katakanlah di Meranti waktu itu sudah positif, pasti posisi saya carrier dan akan banyak kawan-kawan yang bisa tertular, dan jika di seberang tak dapat dibayangkan bagaimana mak saya jika tertular.
Tapi semua selalu ada hikmahnya, yang paling penting kita harus waspada, pakai masker, jaga jarak dan jangan pernah anggap remeh wabah ini, karena posisinya sudah ada 'bergentayangan' di mana-mana.
Pinere 13, 17 September 2020
Oleh: Ketua KPU Riau, Ilham M Yasir
Editor: Eka G Putra