Dari sini, komiknya semakin hari semakin banyak. Tak ada yang terlewati untuk dibeli. Anung mencermati bahwa cerita Donal Bebek tak hanya untuk anak-anak. Dia melihat bahwa tokoh-tokoh dalam serial Donal Bebek seperti pada kehidupan di dunia nyata. Penulis ceritanya, menurut Anung, bisa memberikan karakter kuat pada setiap tokoh.
Tokoh Donal, misalnya, mampu memberinya inspirasi untuk memiliki semangat menggebu. Ada juga Paman Gober yang digambarkan sebagai tokoh memperhitungkan segala sesuatu. Termasuk soal kekayaan. ”Jangan kikirnya yang dicontoh, tapi cermatnya,” ujar ketua Tim Ahli Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Covid-19 Jawa Tengah itu.
Dia juga bisa mengambil nilai dari keponakan Donal, yakni Kwik, Kwek, dan Kwak. Menurut dia, trio tersebut mengajarkan bahwa sesuatu itu harus dilihat dasar pedomannya. Tiga tokoh itu sering membawa buku saku, mirip buku Pramuka. Segala tingkah berpedoman pada buku tersebut. ”Nah, orang itu juga berperilaku sesuai pedomannya,” ujarnya.
Komik-komik Donal Bebek yang dikoleksi Anung dikumpulkan dengan rapi. Meski menjadi koleksi, dia tak pelit membagikan komiknya. Prinsipnya, yang terpenting adalah komik tersebut dibaca. Untuk itu, dia pernah mendonasikan komiknya.
Ketika harus kembali ke Semarang karena tugasnya sebagai Dirjen sudah purna pada Maret lalu, Anung sempat bingung membawa pulang komiknya. Kemudian, ada ide untuk mendonasikan. Anung mengumumkan melalui sejawatnya dan dibantu stafnya. Akhirnya, sebagian koleksinya berpindah ke Yayasan Save the Children. ”Nanti untuk bahan bacaan anak-anak,” beber Anung.
Setelah pulang ke Semarang, Anung tetap berlangganan. ”Yang baca ya saya karena anak-anak lebih suka nonton K-pop,” ceritanya. Koleksinya sejak Januari tahun ini disimpan rapi di perpustakaan pribadinya. Bersanding dengan buku lain. Anung hafal betul dengan koleksinya. Bahkan, dia juga ingat edisi apa yang hilang. ”Ada empat edisi Mei yang hilang,” ucapnya.
Anung mengakui bahwa tidak terbitnya komik Donal Bebek membuatnya sedih. Tokoh-tokoh di komik itu sudah mewarnainya selama 26 tahun. ”Pasti setelah ini rasanya pekan berlalu dengan tidak lengkap,” katanya.(*/c7/ayi/jpg)
Laporan FERLYNDA PUTRI, Jakarta