Komik Buku Masih Diminati

Liputan Khusus | Minggu, 05 Maret 2023 - 10:34 WIB

Komik Buku Masih Diminati
Komik Buku Masih Diminati (AIDIL ADRI/MHD AKHWAN/RIAUPOS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -  Di era digital saat ini, komik hadir dalam bentuk digital. Berbagai aplikasi, menyediakan berbagai komik. Seperti Line Weebton, Kakao Page hingga website penyedia komik berbayar. Meski praktis, namun ternyata komik dalam bentuk buku masih sangat diminati. Pemerhati komik, Taufan Batavia menilai, masih tingginya peminat komik buku dikarenakan sensasi yang didapat ketika membaca.

“Kalau diperhatikan, rata-rata memang penyuka komik dalam bentuk buku fisik itu mereka yang sudah mengenal komik sejak zaman digital belum ada. Jadi mungkin, ini persoalan kebiasaan. Karena sudah terbiasa membaca komik dari bentuk buku fisik, sensasinya berbeda kalau baca di Hp, laptop maupun tablet,” ungkapnya.


Dia mengatakan, untuk pasar global, penjualan komik cetak menembus angka 7,79 miliar Dolar AS pada tahun 2022. Jumlah ini naik dibanding tahun 2021 yang berjumlah sebanyak 7,14 miliar Dolar AS. Artinya, lanjut Taufan, ada peningkatan penjualan komik buku dari tahun ke tahun. Meski, diakui dia penjualan komik dalam bentuk buku cukup turun pada masa keemasan komik buku diminati banyak orang.

“Jadi menurut saya sih enggak akan hilang. Kalau kita lihat di toko-toko buku, item yang paling banyak dibeli masih tetap komik. Karena pasarnya semua kalangan. Bapak-bapak atau Ibu-ibu umur 40 tahunan masih suka baca komik. Anak-anak hingga remaja, masih. Saya sendiri juga kalau ada komik yang disuka lebih prefer komik buku sih. Meski agak mahal, tapi puas,” tuturnya.

Selain itu, komik dalam bentuk fisik buku juga memiliki banyak manfaat bila diberikan kepada anak sebagai media bacaan. Psikolog Riza Muhardeni SPsi MPsi kepada Riau Pos mengatakan, buku bacaan berbentuk fisik, jauh lebih banyak manfaat ketimbang memberikan gadget kepada anak. Salah satunya ialah mengajarkan kepada anak untuk suka membaca.

“Membaca itu kan sesuatu yang membosankan. Bahkan indeks literasi anak Indonesia cukup minim. Dengan memberikan komik, anak diajarkan lebih gemar membaca. Ketimbang gadget yang lebih kepada visual,” ungkapnya.

Ia kemudian membandingkan bila anak diberi gadget dengan komik buku. Pada gadget, ada banyak konten negatif yang bisa berpengaruh buruk terhadap anak. Seperti konten kekerasan, radiasi dari gadget dan banyak hal lainnya. Sedangkan pada komik buku, anak fokus kepada satu cerita tanpa bisa mengakses konten lainnya.

“Kenapa. Karena pertama jika anak tidak bermain gadget, anak tidak terpapar radiasi dari gadget. Kedua anak akan terhindar dari hal-hal yang tidak dinginkan. Misalnya di gadget anak tentu bisa mengakses apa saja. Tidak menutup kemungkinan anak akan melihat hal-hal negatif seperti kekerasan, pornografi dan hal negatif lainnya,” ungkapnya.

“Dengan membaca komik tentu kita mengajarkan anak untuk suka membaca. Hal ini sangat bermanfaat ketika anak sudah bersekolah,” sambungnya.(nda)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook