JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Senang banget kalau pekerjaan rumah bisa dibantu anak ya, parents? Pekerjaan lebih cepat selesai lagi. Nah, boleh nggak sebetulnya mengajari anak pekerjaan rumah? Ada pembedanya tidak antara anak laki-laki dan perempuan? Misalnya, anak cowok tidak boleh nyapu dan yang nyapu anak cewek saja. Begitukah?
Psikolog Tamara Luvita menyatakan, melibatkan anak-anak dalam pekerjaan rumah tangga sangat disarankan. Sebab, ada dampak positif yang bisa dirasakan anak-anak. Selain jenis pekerjaan, anak dapat mengenal konsep bertanggung jawab. ”Motorik anak juga bisa terasah,” katanya pada 20 Desember lalu.
Saat mulai mengenalkan pekerjaan rumah tangga, jangan langsung mendikte anak. Misalnya, bersihkan kamar atau cuci gelas. Tamara menuturkan bahwa orang tua bisa mengajak anak ikut terlibat. Misalnya, orang tua dulu yang memulai. Kemudian, parents bisa memanggil anak. ”Kak, coba ini bantu mama pegang seprai bentar saja. Libatkan anak, bukan perintah ya,” ujarnya.
Menurut Tamara, pada usia 2–4 tahun, biasanya anak senang sekali membantu. Parents bisa memanfaatkan fase-fase saat anak suka membantu. Ketika anak berusia 2 tahun, mama-papa coba berikan kesempatan kepada anak untuk membuang tisu kotor ke tempat sampah. Kasih tunjuk lokasi tempat sampah dulu. Setelah itu, orang tua boleh memberikan perintah.
Beberapa pekerjaan rumah tangga yang bisa dilakukan anak harus disesuaikan dengan usianya. Menginjak usia 3 tahun, anak dapat dikenalkan dengan pekerjaan rumah seperti menyiram tanaman, merapikan mainan sesuai dengan ukurannya, atau memberikan makanan untuk hewan peliharaan. ”Anak usia 4 tahun bisa diajarkan merapikan tempat tidur, menyiapkan susu, atau membantu merapikan pakaian kering,” papar Tamara.
Ada banyak cara mengajak anak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga selain dengan memberikan arahan. Tamara menuturkan bahwa orang tua bisa bernyanyi dulu bareng anak. Membangun mood anak dulu supaya tidak terkesan menarik anak ke kondisi yang tidak menyenangkan dengan beres-beres rumah.
Lalu, bagaimana jika hasil pekerjaan rumah yang dikerjakan anak-anak kurang pas? Tenang. Tarik napas dulu dan lenturkan badan. Tidak perlu emosional. Parents tidak perlu langsung membetulkan hasil pekerjaan rumah tangga itu. Lihat dulu. ”Kalau kurang, kasih tahu kurangnya di mana sambil diajarkan di depan anak,” jelasnya.
Kenalkan sejak Usia 2,5 Tahun
AGATHA Afani mulai mengenalkan pekerjaan rumah tangga kepada Kalysha sejak usia buah hatinya itu menginjak 2,5 tahun. Dia mengungkapkan bahwa Kalysha cukup aktif dan senang mengerjakan sesuatu. Misalnya, kembali meletakkan gelas plastik setelah minum. Kalysha digandeng Agatha ke tempat meletakkan gelas plastik tersebut. ”Kayaknya, butuh empat kali, baru Kalysha oke memahami,” ujarnya.
Agatha tidak pernah mengeluarkan kata dengan nada tinggi ketika Kalysha gagal menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang diberikannya. Dia menuturkan bahwa dirinya tidak boleh berekspektasi tinggi terhadap hasil yang dikerjakan putri semata wayangnya itu.
Perempuan kelahiran Surabaya pada 1991 tersebut menyatakan, Kalysha lebih sigap daripada teman-temannya. Misalnya, yang terlihat saat Kalysha berkumpul bersama teman sebayanya. ”Kalau aku lagi kumpul sama temanku, anak temanku itu seusia Kalysha. Tapi, aku melihat, Kalysha lebih cekatan dan cepat melakukan sesuatu,” ungkapnya.
Manfaatnya
Mom & dad, banyak banget manfaat mengenalkan pekerjaan rumah tangga ke anak-anak. Apa saja?
– Mengajari anak bertanggung jawab. Misalnya, merapikan mainan setelah bermain. Sesederhana itu, tetapi dampak positifnya bagus banget. Atau, mengikat kembali bungkus cookies dan meletakkannya di kulkas.
– Mengembangkan keterampilan motorik dan latih koordinasi visual. Ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga, otomotis anak memakai ototnya. Tujuannya, menstimulasi motorik kasar dan halus.
– Ada koordinasi sistem mata dan tangan. Misalnya, saat mencuci piring, anak memegang piring yang licin, membersihkan kotorannya, lalu membilas piring.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman