Menggapai Mimpi dari Sawit Riau

Feature | Kamis, 27 Februari 2020 - 05:32 WIB

Menggapai Mimpi dari Sawit Riau
H Parjan duduk santai di depan rumahnya usai bekerja di kebun sawit di Desa Air Mas, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Selasa (21/1/2020). (M ERIZAL/RIAUPOS.CO)

Senyum hangat langsung mengembang di bibir sosok pria paruh baya itu. Tak ada yang istimewa dari penampilan pria tersebut. Sederhana, ramah, khas warga desa pada umumnya. Dialah H Parjan (55). Namun siapa sangka, di balik kesederhanaan penampilannya, dia menjadi contoh keberhasilan petani sawit pola PIR Trans. Berkat dari kebun sawit yang diusahakannya dari nol, dia akhirnya berhasil menggapai asa yang dulu dianggapnya hanya mimpi. Bagaimana perjalanannya?

Laporan: M Erizal (Pelalawan)


Mengenakan kemeja warna ungu dipadu celana katun coklat dan memakai sandal jepit, H Parjan menyambut Riau Pos yang menyambangi kediamannya di Desa Air Mas, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau belum lama ini. Terlihat santai. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya saat memperhatikan tingkah cucunya bermain di sekitar rumah. Sebelumnya, sedikitpun tak pernah terpikirkan oleh Parjan dirinya akan sampai dan akhirnya menetap di tengah Pulau Sumatera.

H Parjan kini bisa tertawa, dan menikmati hidup bahagia berkat kerja keras yang telah ia lakukan selama ini. Berkaca dari perjalanan hidupnya, kakek tiga orang cucu ini telah mengecap pahit getirnya kehidupan yang tidak mudah.

Terlahir dari keluarga miskin pada 27 Mei 1965 silam di Sragen, Jawa Tengah, saat bayi berusia tiga bulan, Parjan telah menjadi yatim ditinggal bapaknya. Anak ketujuh dari tujuh bersaudara inipun akhirnya harus menjalani kehidupan bersama orang tua tunggal, sang ibu. Keterbatasan kondisi ekonomi, menjadikan kehidupan Parjan bersama keenam saudaranya harus menjalani masa kecilnya dalam serba keterbatasan. Membantu sang ibu berjualan gorengan dan makanan kecil, serta membantu sebagai petani gurem menjadi rutinitasnya sehari-hari.

"Masa kecil dulu dapat makan nasi adalah suatu hal yang sangat luar biasa bagi kami. Kami kadang tinggal di tempat mbah untuk dapat makan,"ucap Parjan.

Beruntung, meski berasal dari keluarga kurang mampu, Parjan masih dapat mengecap pendidikan dengan belajar disejumlah pondok pesantren yang ada di Sragen, hingga ia dapat menamatkan pendidikan setingkat Aliyah.
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook