GUA ENAM LUBANG DI TEPI JALAN RIAU-SUMBAR SPOT BARU WISATA DANAU RUSA

Lima Jam Susuri Gua Belum Temukan Ujung

Feature | Sabtu, 26 Oktober 2019 - 10:01 WIB

Lima Jam Susuri Gua Belum Temukan Ujung
MULUT GUA: Riau Pos mencoba melewati tebing di antara dua mulut gua yang berada di belakang rumah seorang warga Batu Besurat, Kecamatan XIII Koto Kampar, di tepi jalan lintas Riau-Sumbar, akhir pekan lalu.(Mohammad Akhwan/riau pos)

Darlis heran salah satu dari enam pintu gua yang disusurinya seolah tak berujung. Keesokannya, dia pun bawa bekal. Nasi dibungkus dan air mineral botol besar. Lima jam menyusuri gua, kurang satu jam harus merangkak, namun ujungnya tak kunjung kelihatan. Kalau melihat arahnya ke sekitar Candi Muara Takus.

 


Laporan EKA G PUTRA, XIII Koto Kampar

Pekanbaru menuju provinsi tetangga Sumatera Barat masyarakat bakal menemukan dua jembatan membentang Danau PLTA Koto Panjang. Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih tiga jam, beragam pemandangan alam dan suasana perbukitan pun sudah dapat dinikmati.

Pada jembatan pertama dari arah Pekanbaru, masuk dalam daerah yang disebut Danau Rusa. Beragam destinasi wisata dapat dilihat dari penunjuk arah di tepi jalan. Sebut saja Ulu Kasok, Tepian Mahligai, Air Terjun Pulau Simo dan Surga Tersembunyi Gulamo masuk dalam bagian wisata yang melengkapi kebesaran histori Candi Muara Takus di XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.

Kali ini Riau Pos menemukan sebuah spot berbeda. Penemunya memberi nama Gua Kembar. Sebuah gua dengan enam lubang yang terletak tak jauh setelah jembatan pertama Danau PLTA Koto Panjang dari Pekanbaru. Setelah simpang ke Candi Muara Takus. Ada Ampera Ami, pada sisi sebelah kiri. Darlis pemilik warung membeli tanah di tepi jalan lintas Riau-Sumbar kira-kira kurang tiga tahun lalu. Harganya puluhan juta. Dapat satu hektare tanah. Darlis seorang Babinkamtibmas di wilayah Danau Rusa yang masuk Kelurahan Batu Besurat Kecamatan XIII Koto Kampar tersebut.

Pertengahan 2019, ular piton memangsa ternak ayam Darlis. Geram, da pun menangkap ular tersebut dan menaruhnya di sebuah kandang seadanya. Semalam berlalu, ular kabur tanpa ada celah keluar. Rasa penasaran muncul, dia pun menyusuri belakang rumah.

"Karena belakang rumah saya tebing, jadi saya turun ke bawah. Sekalian bersihkan semak-semak. Ular itu tak ketemu lagi," ungkap Darlis.

Perbincangan dengan Riau Pos tepat saat pelantikan Presiden dan Wapres periode 2019-2024, 20 Oktober lalu. Darlis pulang penjagaan sesuai instruksi pimpinannya untuk siaga saat pelantikan kepala negara di Jakarta sana. Darlis siaga di kampung halamannya. Mertua, istri, dan anaknya tampak di warung. Mereka menyapa hangat Riau Pos dan bercerita ringan tentang usaha mereka di sekitar lokasi acara Dragon Boat Internasional yang baru saja digelar beberapa bulan sebelumnya.

Lokasi warung tersebut memang berada di tepi jurang. Layaknya rumah makan lainnya yang berada di jalan lintas Riau-Sumbar. Jika melihat sisi belakang, tentu akan terlihat jurang atau aliran sungai. Darlis mengajak Riau Pos ke belakang rumah. Berjalan dari sisi kiri, mengarah ke bawah. Tampak ada aliran air kecil menyusuri semak. Jernih. Tak jauh tampak tepian Danau PLTA dari atas.

Berjalan sedikit, terlihat tebing di bawah rumah Darlis. Tampak ada lubang-lubang sejajar empat buah. Sisi bawahnya ada dua lubang lagi. Itulah yang disebutnya gua kembar. Di bawahnya mengalir mata air nan jernih. Menurutnya tak pernah kering. "Kalau kemarau, tetangga ngambil air di sini. Karena memang airnya jernih dan mata airnya tak pernah kering," akunya.

Dari semak, pemandangan gua dengan enam lubang yang hampir sama ukurannya tersebut memang menjadi tujuan Riau Pos berkunjung ke XIII Koto Kampar kali ini. Daerah yang dikenal memiliki banyak spot destinasi wisata. Gua Kombau dalam bahasa Kampar atau gua kembar menurut Darlis diketahuinya setelah membersihkan tebing di belakang rumahnya dengan harapan ular tak lagi memangsa ternak. Namun di sela membersihkan, siapa sangka dia menemukan lubang-lubang berbentuk gua. Bukan saja satu, tapi enam lubang.

"Terkejut tentu. Saya bersihkan dan penasaran ingin menelusuri. Tapi setelah ada ular tadi, memang saya kerap mimpi tentang gua ini," kisahnya.

Ditemukannya sekitar pertengahan 2019. Seluruh lubang gua pun ditelusuri Darlis. Ada yang harus merangkak terus bahkan sampai merayap. Artinya jarak tanah dan atap gua hanya setengah meter. Namun ada yang tinggi sampai dua meter setelah merangkak tersebut. Menurutnya ada yang sampai merayap sejenak di dalam salah satu lubang gua.

Kelelawar tampak bergelantungan. Mereka bergerak ketika kena sorotan senter. Dinding gua terlihat seperti tanah keras dengan butiran air sedikit-sedikit semacam embun di dedaunan. Ada sisi dinding yang keras. Ada pula yang gampang terkikis. Darlis bercerita, ada sebuah lubang gua yang setelah ditelusurinya tidak menemukan ujung.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook