Memilih sektor pendidikan sebagai ujud pengabdian dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) sudah jamak dilakukan. Namun lewat Program School Improvement sebagai bagian dari Community Development-nya, PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) berupaya melakukan sesuatu yang tak biasa, guna mengangkat kualitas pendidikan dasar pada lima kabupaten di Provinsi Riau.
Laporan Zulkifli Ali, Pekanbaru
Sabtu pagi 2019, wajah-wajah ceria dan penuh semangat memenuhi perkarangan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 001 Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar. Kaum bapak berbaur bersama mengerjakan bagiannya. Kaum ibu juga tak mau ketinggalan. Mempersiapkan konsumsi pagi dan memasak makanan untuk keperluan logistik siang bersama.
Di sisi lain, sosok seorang ibu beserta sejumlah tenaga pendidik lain tak kalah gembiranya. Terlihat sekali jika mereka surprise dengan antusiasme seratusan warga sekitar untuk bergotong royong. Sosok ibu itu adalah Zurdardaini SPdI, Kepala SDN 001 Gunung Sahilan.
‘’Semangat sekali beliau. Beliau tak menyangka ternyata masyarakat mau berpartisipasi,’’ ujar ibu guru Syerli Prawita SPdI, mengenang kebahagiaan pimpinannya itu.
‘’Bahkan sakin semangatnya, beliau yang langsung membeli bahan-bahan makanan untuk dimasak bersama ibu-ibu yang datang,’’ kenang Syerli Prawita, satu-satunya guru Fasilitator Daerah untuk Program School Improvement di SDN tersebut.
Pagi itu, sejumlah pekerjaaan yang dilakukan adalah semenisasi lapangan upacara dan jalan-jalan koridor di lingkungan sekolah. Lalu pembersihan lahan semak belukar sekitar sekolah, pembuatan taman bermain sederhana, penanaman pohon dan lainnya.
Syerli juga membenarkan munculnya partisipasi masyarakat dalam mendukung sekolah. Ini terlihat pada saat pembuatan lapangan sekolah secara gotong royong oleh warga sekitar.
Seperti diakui Syerli Prawita lagi, itu adalah gotong royong pertama yang dilakukan masyarakat di sekolahnya. Dan mulai sejak itu semakin sering masyarakat melakukan gotong royong untuk keperluan sekolah.
Zurdardaini kini sudah mengakhiri pengabdiannya di sekolah tersebut. Ia kini sedang asyik bersama cucunya. Namun ia bisa meninggalkan lahan pengabdiannya itu dengan tenang. Setidaknya di masa kepemimpinannya SDN 001 Gunung Sahilan bisa menaikkan akreditasi sekolah dari C ke B bersama School Improvement.
Melibatkan peran serta masyarakat sekilas terkesan klise. Namun itu bukan satu basa basi di Program School Improvement. Keterlibatan masyarakat sekitar sekolah adalah satu poin penting yang ingin dicapai dan diciptakan secara berkelanjutan. Dan itu menjadi porsi materi pelatihan bagi kepala sekolah/pengawas sekolah yang terpilih sebagai Fasilitator Daerah Program School Improvement.
Pentingnya keterlibatan masyarakat juga diakui oleh Yonita Betriya SPd, Kepala SDN 005 Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar. Di Program School Improvement, ibu guru ini terpilih sebagai Fasilitator Daerah Manajemen Berbasis Sekolah (Fasda MBS).
''Saya sangat bersyukur dan berterima kasih. Rasanya sulit meraih predikat Adiwiyata tanpa bantuan dari masyarakat,'' ungkap Yonita Betriya dengan nada terharu.
Program School Improvement merupakan lanjutan dari program Pelita Pendidikan yang dilakukan Tanoto Foundation sebelumnya. Program tersebut bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar melalui peningkatan akreditasi sekolah, mewujudkan sekolah Adiwiyata dan peningkatan kualitas pembelajaran. Sekaligus tiga tujuan tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan dari program tersebut.
Saat ini terdapat 60 sekolah dasar (SD) sebagai mitra School Improvement yang tersebar di lima kabupaten di Provinsi Riau. Kelimanya termasuk dalam kawasan lokasi industri atau hutan tanaman dari PT RAPP. Di Kabupaten Pelalawan tercatat 18 SD, Kabupaten Siak ada 11 SD, Kabupaten Kampar 8 SD, Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 13 SD, dan Kabupaten Kepulauan Meranti 10 SD.
Melihat dari cakupan wilayah kabupaten, banyaknya jumlah sekolah dasar dan tenaga pengajar yang menjadi subyek sekaligus objek program ini, menunjukkan masif dan komprehensifnya pekerjaan yang harus dituntaskan semua stakeholder.
Dari materi pelatihan School Improvement juga memperlihatkan kesungguhan niat guna mendongkrak kualitas pendidikan. Materi pelatihan yang terdiri dari tiga modul tersebut mampunyai isi beragam dan sangat detail; baik bersifat konseptual, praktikal dan terstruktur. Mulai dari proses perencanaan, eksekusi, monitoring hingga evaluasi program.
Secara umum modul-modul dari materi pelatihan tersebut adalah:
- Modul 1 berisikan konsep pembelajaran yang berfokus pada kegiatan siswa di kelas atau pembelajaran
aktif dengan konsep MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi). Termasuk budaya baca dan
peran serta masyarakat.
- Modul 2 tentang model-model pembelajaran khas seperti pada pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, IPS, IPA di SD dengan pendekatan pembelajaran aktif.
- Modul 3 materinya mengenai penguatan pembelajaran yang berfokus pada kegiatan proses belajar
siswa.
Sementara materi pelatihan tentang manajemen berbasis sekolah (MBS) terdapat dalam modul 1, 2 dan 3. Kontennya tentang mutu sekolah melalui peningkatan manajemen sekolah yang dilakukakan oleh kepala sekolah dan didukung oleh komite sekolah.
Selain itu, setiap modul juga punya unit masing-masing. Misalnya, Modul 2 terdiri dari 7 unit, dimana setiap unit terbagi lagi dalam dua subunit. Unit-unit tersebut adalah 1) Unit Kaji Ulang Kemajuan Sekolah, 2) Unit Pengelolaan Program Budaya Baca, 3) Unit Transparansi dan Akuntabilitas, 4) Unit Supervisi Pembelajaran, 5) Unit Kepala Sekolah yang Efektif, 6) Unit Sikap dan Tindakan untuk Meningkatkan Mutu Sekolah dan 7) Unit Rencana Tindak Lanjut.
Secara garis besar ada sembilan tahapan dari peningkatan mutu pendidikan sekolah yang menjadi mitra binaan Program School Improvement. Tahapan tersebut adalah 1) Seleksi Fasilitator Daerah, 2) Training of Trainee (ToT) Fasilitator Daerah (Fasda), 3) Fasda Meeting, 4) Stakeholder Meeting, 5) School Planning Meeting, 6) Study Visit, 7) Pelatihan Tingkat Sekolah, 8) Manajemen Berbasis Sekolah, dan 9) Pembelajaran dan Peran Serta Masyarakat.
Program School Improvement juga menyediakan Wadah Berbagi Cerita Baik melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dari sekolah mitra PT RAPP.
Seperti dijelaskan Faisol Ahmad Syarkawi selaku Regional Project Officer School Improvement untuk wilayah Kabupaten Kampar, materi pelatihan berasal dari Tanoto Foundation. Begitu juga dengan fasilitator nasionalnya. Yang tak kalah pentingnya bahwa modul-modul tersebut telah mendapat legalitas dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI.
Program School Improvement juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang menjadi agent of change (agen/aktor perubahan) yang disebut sebagai Fasilitator Daerah (Fasda). Terdapat dua kategori Fasda. Pertama, Fasda PBM (Proses Belajar Mengajar) yang merupakan seorang guru dengan tugas memfasilitasi atau memberi pelatihan/pendampingan kepada guru mulai kelas satu sampai kelas enam (1-6).
Kedua, Fasda MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yang merupakan seorang kepala sekolah atau pengawas sekolah dengan tugas memfasilitasi atau memberi pelatihan/pendampingan kepada kepala sekolah, pengawas sekolah, koordinator wilayah dan komite sekolah.
Oleh sebab itu setiap Fasda mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. Kemudian barulah Fasda yang menyampaikan ilmu yang didapat ke guru-guru lewat berbagai pelatihan, Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S).
Namun pemilihan seseorang menjadi Fasda juga cukup ketat dengan sejumlah syarat. Para guru atau kepala sekolah/pengawas sekolah diseleksi oleh Tim School Improvement bersama dinas pendidikan setiap kabupaten.
Adapun syarat sebagai Fasda adalah:
1. Seorang guru/kepala sekolah/pengawas sekolah
2. Paham tentang pembelajaran dan manajemen sekolah
3. Bisa mengoperasikan komputer/laptop
4. Bisa mempraktikkan cara mengajar atau memfasilitasi kegiatan pelatihan
5. Sehat jasmani dan rohani
Saperti diceritakan Novi Lesmana selaku Regional Project Officer School Improvement untuk Kabupaten Siak, seleksi untuk mendapatkan Fasda dilakukan pada 2018. Lalu pada 2019 dimulai pemberian pelatihan untuk Fasda di setiap kabupaten berdasarkan tiga modul yang menjadi materi pelatihan. Lamanya pelatihan memerlukan beberapa hari karena banyak materi.
Selama itu setiap Fasda diwajibkan juga mempraktikkan hasil pelatihan di sekolah yang ditunjuk. Usai pelatihan kembali ke tugas masing-masing dengan mempraktikkan hasil pelatihan. Namun mereka juga punya agenda pertemuan berkala sebagai wadah evaluasi dan lainnya.
Namun sebelum semua tahapan Program School Improvement dilakukan, terlebih dahulu diikat dengan satu memorandum of understanding (MoU). Dokumen resmi ini melibatkan kepala pemerintahan kabupaten (bupati) dan kepala dinas pendidikan kabupaten bersama Community Development PT RAPP.
Status Akreditasi dan Sekolah Adiwiyata
Secara pribadi dan institusi keberadaan School Improvement diakui oleh beberapa Fasda. Yonita Betriya SPd, menilai materi pelatihan dari School Improvement bagus dan bermanfaat baik bagi para guru, kepala sekolah dan komite. Di antara materi yang berguna itu, menurut Yonita, adalah pembelajaran aktif, budaya baca, pengelolaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan peran serta masyarakat.