MINYAK DAN GAS BUMI, ENERGI UNTUK INDONESIA

Optimumkan Penggunaan Bahan Bakar

Feature | Minggu, 30 Agustus 2020 - 10:22 WIB

Optimumkan Penggunaan Bahan Bakar
Kegiatan survei seismik di Minas pada tahun 1940-an. (DOK PT CPI FOR RIAUPOS.CO)

Haryanto mencontohkan seperti sumur cincin di rumah, saat baru digali air sumur ini masih bisa diambil dengan menggunakan gayung, semakin banyak yang menggunakan sumur cincin dan semakin lama digunakan semakin berkurang airnya sehingga dalam pemanfaatan airnya terpaksa menggunakan tali kerekan. Semakin banyak lagi yang menggunakan air ini semakin dalam sumur yang digali dan untuk mengambil airnya digunakan mesin pompa, semakin banyak lagi yang memakai airnya maka sumur diubah menjadi sumur bor dengan kedalaman belasan bahkan puluhan meter. Air ini bisa berkurang karena pola hidup masyarakat yang terlalu boros menggunakan air.

Demikian juga dengan migas. Dulu saat pertama cadangan minyak ditemukan, pengambilan minyak mentah ini dengan cara menggunakan tali kerek. Semakin lama dan semakin banyak minyak yang diambil maka pengambilan minyak mentah ini melalui sumur yang dibor dengan teknologi yang semakin canggih.


Untuk penggunaan teknologi, Hariyanto menjelaskan seperti minyak yang ada di wajan, pertama-tama tuang minyak ke wadah penampung dan biarkan sampai beberapa waktu, namun masih ada minyak tertinggal di wajan maka siram dengan air panas, ternyata masih ada minyak maka gunakan sabun untuk membersihkannya. Inilah yang dilakukan industri migas di Riau.

Pria berkacamata ini menjelaskan, saat ini Indonesia khususnya Riau dihadapkan pada kenyataan produksi migas sudah melewati titik puncaknya produksinya. Keberhasilan tersebut berkat penerapan teknologi injeksi uap (steam flood) yang membuat produksi Lapangan Duri lima kali lebih banyak dibandingkan teknologi konvensional. Teknologi injeksi uap di lapangan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia. Keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak. Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rokan, di Riau yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958. Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65 ribu barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah seiring penurunan tekanan di dalam reservoar,. CPI memulai proyek percontohan (pilot project) injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi hingga mencapai 300 ribu barel per hari pada 1993. Semua itu dicapai berkat penerapan teknologi. Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel. CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.

"Ada dua kali pencapaian puncak produksi yakni saat ditemukan lapangan Minas dan saat diterapkannya teknologi injeksi uap (steam flood)  dan enhanced oil recovery (EOR) yakni berkisar 1,5 juta barel per hari. Saat ini secara nasional tinggal 700 ribu barel per hari. Produksi Riau saat ini 200 ribu barel per hari. Oleh karena itu kita harus menemukan cadangan migas baru yang ada di Riau. Dimana saja hamparan di Riau bisa saja ditemukan cadangan  migas baru. Untuk memperoleh cadangan migas baru ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni bagaimana mempermudah proses pencarian sehingga menjadi lancar, mempercepat segala sesuatu pencarian itu terlaksana, mempercepat dimana cadangan itu berada didevelopment," tegas pria yang pernah meraih beasiswa dari PT Caltex Pacific Indonesia (Chevron Pacific Indonesia, red) ini.

Karena cadangan bahan bakar ini berkurang bukan karena kesalahan perusahaan migas tetapi karena cadangan yang tersedia memerlukan teknologi yang lebih canggih dan biaya yang lebih besar. Oleh karena itu, optimumkan penggunaan bahan bakar.

"Bijaksana dalam menggunakan terapan teknologi dalam energi. Gunakan energi saat diperlukan," tegasnya.

Jika masak nasi menggunakan magic com taruh sayuran dalam kukusan magiccom.

Hidupkan AC saat mau tidur, bangun pagi matikan AC saat subuh karena udara sudah dingin, buka pintu masuk oksigen. Jangan sampai AC ini hidup 24 jam sementara tidak ada orang dalam kamar.

Terkait cadangan migas baru, Deputi Perencanaan SKK Migas, Jaffee Arizona Suardin mengungkapkan, diperlukan pencarian cadangan dengan cara-cara yang tidak biasa mengingat luasnya wilayah Indonesia. Pengolahan data kini menjadi salah satu cara yang ditempuh banyak perusahaan migas.

Menurut Jaffee, ada dua konsep kerja sama yang dijajaki dengan para pengolah data seismik internasional. Sesuai dengan arahan Menteri ESDM, SKK Migas akan memanfaatkan teknologi dalam pengolahan data seismik.

"Pak Menteri ingin sekali bahwa kalau datanya besar selain gunakan teknologi di Indonesia, tapi juga digunakan kelas dunia. Tergantung tingkat kesulitannya dan besarnya modalnya perusahaan data seismik. Mereka mau mengolah data. Mereka minta 100.000 M2. Dengan perusahaan kelas dunia itu," kata Jaffee dalam sesi diskusi virtual, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, langkah untuk menggandeng perusahaan luar negeri ini bukan berarti pemerintah tidak percaya dengan kemampuan pengolahan data dalam negeri. Jaffee menuturkan, urusan eksplorasi migas memang ada spesifik kemampuan yang masih membutuhkan kemampuan pihak luar.

"Misalnya dengan software kelas dunia. Kami sedang bagi-bagi. Ada integrated data exploration (iDX) dan lain. Ada yang kami kerjasamakan dengan perusahaan kelas dunia. Tanpa bermaksud bilang indonesia belum mampu. Jadi ada yang dengan teman-teman Indonesia. Ada yang dengan luar negeri. Tapi dari sisi seismik tidak mudah," katanya lagi.

SKK Migas sudah mulai mengarah ke kegiatan eksplorasi secara digital ini. Ditunjukkan dengan adanya integrasi data eksplorasi yang kini dijalankan. Pertama, dengan memanfaatkan data operasi kinerja KKKS. Kemudian meningkatkan pemanfaatan Geographic Information System (GIS) MAP. Data sumber daya, Long Term Planning, KKP Monitoring, pemanfaatan Artificial Intellegence (AI), integrasi dengan fungsi lainnya, serta adaya dashboard khusus untuk pengawasan kegiatan.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook