JAKARTA (RIAUPOS.CO) - HARGA rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) pada bulan lalu ditetapkan sebesar 79,63 dolar AS per barel. Penetapan itu dilakukan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 407.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah November 2023.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menjelaskan bahwa angka ICP November turun 7,09 dolar AS per barel dari 86,72 dolar AS per barel pada Oktober 2023. ’’Penurunan harga ICP tersebut dilatarbelakangi anjloknya harga minyak mentah utama di pasar internasional,’’ ujarnya di Jakarta, Selasa (26/12).
Agus mengungkapkan, penurunan harga minyak mentah di pasar internasional dipengaruhi proyeksi OPEC atas peningkatan produksi 2023. Yakni, sebesar 0,3 juta barel per hari jika dibandingkan dengan laporan bulan sebelumnya. ’’Peningkatan produksi tersebut berasal dari Norwegia serta The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Amerika,’’ jelas dia.
Selain itu, International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa produksi minyak mentah global pada Oktober 2023 meningkat 320 ribu barel per hari menjadi 102 juta barel per hari. Jumlah itu naik dari bulan sebelumnya, yang berasal dari Amerika Serikat dan Brazil.
’’OPEC memperkirakan permintaan minyak mentah global mengalami penurunan 0,06 juta barel per hari untuk periode kuartal ketiga 2023 jika dibandingkan dengan perkiraan pada laporan bulan sebelumnya,’’ ungkap Agus.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen dari perkiraan sebelumnya 3 persen, terutama di Eropa, adalah faktor lain yang mengakibatkan penurunan harga minyak mentah pada November 2023. Kondisi itu didukung kebijakan Bank Sentral Eropa yang masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan untuk penanganan inflasi yang tinggi.
Agus menyebutkan, faktor lain adalah peningkatan ekspor minyak mentah AS menjadi 4,6 juta barel per hari, yang merupakan tertinggi sejak Maret 2023.
Untuk wilayah Asia-Pasifik, harga minyak mentah turun karena kekhawatiran pasar tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang. Produk domestik bruto Negeri Sakura turun ke 2,1 persen YoY pada kuartal ketiga 2023 setelah sempat meningkat 4,8 persen di kuartal kedua.
’’Penurunan intake kilang di kawasan Cina, India, dan Korea Selatan disebabkan penurunan margin kilang untuk jenis middle distillate,’’ jelasnya.(dee/dio/esi)
Laporan JPG, Jakarta