JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Harga minyak mentah dunia naik tipis sekitar 1 persen pada hari Rabu atau Kamis (14/12) waktu Indonesia. Hal ini didorong oleh penarikan besar penyimpanan minyak mentah Amerika Serikat. Serta kekhawatiran keamanan Timur Tengah karena adanya serangan kapal tanker di Laut Merah.
Para pedagang juga mencatat kenaikan harga minyak mentah setelah Federal Reserve AS merilis pernyataan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil dan mengisyaratkan akan mulai menurunkan biaya pinjaman pada tahun 2024. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Dikutip dari Reuters, Brent berjangka naik 1,02 dolar AS atau 1,4 persen menjadi 74,26 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 86 sen atau 1,3 persen, menjadi 69,47 dolar AS.
Kenaikan harga ini didorong oleh peristiwa sebuah kapal tanker minyak di Laut Merah lepas pantai Yaman ditembaki oleh orang-orang bersenjata di sebuah speedboat dan menjadi sasaran rudal. Insiden tersebut mengancam jalur pelayaran setelah pasukan Houthi Yaman memperingatkan kapal-kapal tersebut untuk tidak melakukan perjalanan ke Israel.
Selain itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, perusahaan-perusahaan energi menarik cadangan minyak mentah sebanyak 4,3 juta barel lebih besar dari perkiraan selama pekan yang berakhir 8 Desember karena penurunan impor.
Pada hari Selasa (12/12), baik kontrak berjangka Brent dan WTI turun ke level terendah sejak bulan Juni dan berada dalam kondisi contango atau harga di bulan-bulan berikutnya lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Para pedagang mengatakan hal ini bersifat bearish karena dapat mendorong pemasar untuk membeli minyak pada harga saat ini dan menyimpannya untuk dijual nanti ketika harga lebih tinggi.(jpg)