MENELUSURI PENINGGALAN PERANG DUNIA II DI KUANTAN SINGINGI

Jalur Kereta Api Maut Zaman Jepang Tinggalkan Duka

Feature | Sabtu, 19 Oktober 2019 - 10:27 WIB

Jalur Kereta Api Maut Zaman Jepang Tinggalkan Duka
TEROWONGAN: Peneliti Selandia Baru Jammie Vincent Farrel (dua kiri) bersama Ketua Genpi Riau Osvian Putra (kiri) dan Kasubag Destinasi Pariwisata Disparbud Kuansing Nasjuneri Putra (kanan) saat berada di terowongan kedua rel kereta api yang dibangun pada zaman Jepang di pinggiran Sungai Ngawan, Desa Koto Kombu, Hulu Kuantan, Kuansing, Sabtu (12/10/2019).(JUPRISON/RIAU POS)

Kepada Nasjuneri, Jammie menyebut kunjungan kali ini big week-end. Karena bisa menemukan 1 terowongan lagi yang lebih panjang. "Dan saya melihat Jammie ini punya kisah hebat dengan peninggalan perang dunia kedua ini. Peninggalan perang masa penjajahan Jepang," sebutnya.

Pekanbaroe Death Railway


Pegiat wisata sejarah Riau, Osvian Putra menemukan rute kereta api yang panjangnya sekitar 220 km itu disebut kereta api maut. Pasalnya, pembangunan rel kerata api itu merenggut nyawa 80 ribu dari romusha.

"Jadi, kami telah menamakannya jalur kereta api maut Pekanbaru-Muaro Sijunjung. Ini sejarah kelam perang dunia kedua yang merenggut nyawa 80 ribu dari kerja paksa. Dan ini nyaris tak terberitakan," katanya.

Setelah survei awal 3 bulan lalu, rombongan Osvian ini telah berkunjung ke bekas area lokasi camp di Kota Kombu, Lubuk Ambacang, Kuansing.  "Kami menyusuri tepian sungai hingga kembali bertemu bekas terowongan kereta api yang dibangun pada masa perang dulu," katanya.

Kali ini Osvian bersama Jammie kembali mengunjungi rute kereta api maut itu akhir pekan lalu. "Kami mengunjungi dua bekas terowongan plus tempat lokasi pertemuan rel kereta dari arah utara di Pekanbaru dengan seksi lanjutan dari arah Sijunjung yang selesai dikerjakan 15 Agustus 1945. Tepat saat Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom," ungkapnya.

Saat rel tersambung, pasukan Jepang di lapangan bergembira karena proyek telah selesai dikerjakan. Tapi sekaligus sedih karena tahu negara mereka kalah perang. Alhasil, kereta yang dulunya direncanakan untuk membawa batubara dari tambang Ombilin ke Singapura (Jepang menyebutnya Shonancho) akhirnya hanya digunakan untuk membawa para tawanan perang dari pedalaman Sumatera ke Pekanbaru untuk selanjutnya dievakuasi ke Singapura. Di mana saat itu para tawanan perang tersebut telah dijemput oleh Lady Mountbatten ke Lapangan Udara Simpang Tiga.

"Ini benar-benar menakjubkan. Karena belum ada satu litetatur pun yang menuliskan reportase tentang keberadaan terowongan dan titik pertemuan ini sebelumnya. Kami sendiri lebih banyak memanfaatkan peninggalan sejarah ini buat dijadikan sebagai objek dan destinasi wisata. Sehingga akhirnya bisa tercipta travel pattern baru untuk menambah pilihan segmen wisata di Numi Lancang Kuning," bebernya.

Objek Wisata Sejarah

Dengan ditemukannya bukti sejarah peninggalan perang dunia kedua ini di Kuansing, tentu menambah objek wisata. Khususnya wisata sejarah.

"Ke depan. Peninggalan-peninggalan perang dunia itu akan diberikan papan informasi. Setidaknya, ini menjadi bukti kalau kawasan ini menjadi penting dalam perjalanan bangsa Indonesia," ujar Kasubag Destinasi Wisata Disparbud Kuansing, Nasjuneri.

Dari informasi yang diperolehnya, banyak kisah yang ada di sepanjang pembangunan rel kereta api itu. Karenanya, sejumlah orang asing. Baik yang dari Belanda, Inggris dan Selandia Baru akan banyak berkunjung ke kawasan bersejarah ini.  "Karena memang waktu membangun rel itu. Pekerjanya itu kan ada dari Indonesia. Dan dari tawanan perang dari tentara sekutu. Dan di antara mereka mati di tempat saat membangun rel itu. Jumlahnya lebih 80 ribu jiwa. Konon, sebagiannya tidak ada kubur. Dan dibuang ke sungai-sungai," ungkapnya.

Dengan sejarah itu, rute rel kereta maut itu akan menjadi obyek wisata sejarah. "Potensi ini harus dikembangkan ke depan. Tentu butuh dukungan dari provinsi dan pusat," katanya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook