MELIHAT TUGAS BHABINKAMTIBMAS MELAKUKAN TRACING PASIEN COVID-19 (1)

Dianggap Nakes, Ditelepon Warga Dini Hari

Feature | Rabu, 20 Oktober 2021 - 10:33 WIB

Dianggap Nakes, Ditelepon Warga Dini Hari
Bripka Juli Waluyo saat men-tracing dengan telepon selular kepada masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 melalui aplikasi BSR dari Kantor Polsek Payung Sekaki, Jalan Riau, belum lama ini. (BAYU SAPUTRA/RIAUPOS.CO)

Salah satu cara memutus mata rantai penyebaran Covid-19 adalah cepat melakukan tracing atau pelacakan kontak erat kasus positif. Dan selama pandemi Covid-19, Bhabinkamtibmas diperbantukan untuk melakukan tracing di tengah masyarakat.

Laporan Bayu Saputra, Pekanbaru


Namanya Bripka Juli Waluyo. Seorang Bhabinkamtibmas yang bertugas di wilayah hukum Polsek Payung Sekaki. Belum lama ini Waluyo diberi penghargaan karena upayanya memutus penyebaran Covid-19. Selama pandemi Covid-19 terjadi, sudah 2.078 orang di-tracing polisi satu ini.

Melalui aplikasi dan koordinasi bersama tenaga kesehatan di puskesmas, Bripka Juli Waluyo bukan saja harus men-tracing pasien dan kontak eratnya. Namun juga harus menjelaskan dan meyakinkan warga yang terkonfirmasi dan sudah lebih dulu percaya informasi hoaks soal Covid-19, agar dapat berobat dan isolasi.

Karena itu, Bhabinkamtibmas yang bertugas di wilayah hukum Polsek Payung Sekaki ini, tak jarang dianggap sebagai dokter atau perawat oleh warga. Karena ia terus mengingatkan pasien terkonfirmasi positif dan kontak erat agar tetap waspada dengan ancaman virus corona.

Ditemui di Polsek Payung Sekaki, baru-baru ini, ia tampak antusias bercerita. Terutama bagaimana awalnya tugas tracing yang diterimanya disambut dengan semangat membara untuk membantu warga.

Saat melakukan tracing, Waluyo menyebut dirinya langsung turun ke lapangan dan mendatangi rumah-rumah warga. Namun ia tak memungkiri tetap ada kendala. Misalnya terkadang ada nomor pasien yang tidak aktif, apakah karena salah ketik nomor atau hal lain. Namun kendala tersebut dapat diantisipasinya.

"Kalau jumpa yang begitu (nomor tidak aktif, red), kita menggunakan peran rukun tetangga (RT) nanti kita minta RT untuk mengecek ke alamat warga tersebut, jika benar adanya pasien positif di situ, baru kita turun dan melakukan tracing dari warga tersebut," akunya.

Selama bertugas men-tracing pasienCovid-19, Waluyo pun berkisah tentang banyak hal yang ditemuinya di lapangan. Beragam cerita unik pun keluar dari polisi ramah senyum satu ini. Seperti masih banyak warga yang menolak dilakukan tracing.

"Kita beri tahu dengan edukasi dan rayuan bahwa warga itu kita datangi bukan untuk dibawa ke rumah sakit. Namun untuk membantu warga tersebut agar lebih memahami situasi, karena akan membahayakan bagi kontak erat, utamanya keluarga," akunya.

Kemudian, Waluyo juga harus menjelaskan jika nanti adanya anggota keluarga yang sakit, sebagai status kontak erat, maka dalam penanganannya akan ditanggung negara dan biayanya gratis. Hal-hal detil dimaksud, diakui Waluyo memang harus dijelaskan secara langsung kepada warga.

"Kan sebelumnya warga juga banyak takut dilakukan tracing ini akibat berita-berita hoaks yang tersebar di media sosial, yang katanya ada meninggal jika dibawa ke rumah sakit. Jadi sebenarnya mereka itu takut karena adanya informasi hoaks ini. Itu juga harus dijelaskan," bebernya.

Dari tracing yang dilakukan di Kelurahan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki dijelaskan Waluyo banyak ditemukan dan penambahan pasien positif Covid-19. Misalnya dari satu orang yang didapatkan datanya, rata-rata berkembang menjadi lima pasien positif. Setelah didapatkan hasil positif, Bhabinkamtibmas akan melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas dan langsung melakukan tindakan lebih lanjut.

Waluyo yang turun langsung ke lapangan dan berjumpa dengan pasien positif Covid-19, menegaskan dirinya memang harus taat protokol kesehatan ketat. Karena tanggung jawab yang diemban, ia pun tidak merasakan takut bertemu pasien selama menerapkan prokes.

Ia pun memahami risiko mendatangi pasien positif. "Karena tugas dan tanggung jawab, kita Bismillah saja untuk menjalankannya. Dampaknya, bisa lebih dekat dengan warga, dan banyak juga waga yang kemudian minta tolong melakukan disinfektan area rumahnya. Karena kalau menunggu dari dinas itu kan berproses, jadi saya inisiatif sendiri ambil alat-alat untuk disinfektan di rumah warga," katanya.

Hal lain yang ditemukan Waluyo saat men-tracing pasien Covid-19 selama pandemi, dalam beberapa kesempatan ia tidak mengaku sebagai bhabinkamtibmas, dan sempat berkenalan dengan warga sebagai petugas Satgas Covid-19.

"Warga kan tahunya Satgas Covid itu warga sipil biasa, terkadang warga juga berpikir saya ini dokter dan mereka langsung melakukan koordinasi dan konsultasi. Misalkan mereka minta obat, nah saya langsung antarkan obat ke mereka, saat saya datang ke situ barulah mereka terkejut bahwa saya ini Bhabinkamtibmas," kenangnya.

Alhasil, begitu bertemu, warga yang sudah kontak-kontak dengan dirinya pun meminta maaf. Menurut Waluyo, bukan tanpa alasan dalam beberapa kesempatan ia harus mengaku tim Satgas Covid-19, sebab kalau langsung menghubungi dan mengaku sebagai anggota kepolisian, tak sedikit warga yang takut.

"Nanti mereka enggan komunikasi dan tidak bisa di-tracing kan jadinya. Nanti malah mikir, kenapa saya ditelepon dan dicari-cari polisi," katanya sembari tertawa.

Menurut Waluyo, menjadi Bhabinkamtibmas harus stand-by 24 jam. Karena, terkadang ada warga yang menghubungi saat dinihari. "Sering ada yang nelfon jam dua dinihari, ada warga mengadu adiknya sesak nafas. Kita langsung merespon panggilan tersebut dan melakukan koordinasi dengan puskesmas untuk menjemput dengan ambulance dan dibawa ke rumah sakit," ulasnya. (bersambung)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook