TNZ, Impian Menuju Destinasi Wisata Dunia

Feature | Jumat, 31 Desember 2021 - 08:43 WIB

TNZ, Impian Menuju Destinasi Wisata Dunia
Rombongan ekspedisi TNZ PWI Riau singgah di tempat poktan Nelayan Ikan Danau Zamrud di Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, Siak belum lama ini. (ZULFADHLI)

Bila dijual ke pemborong, harga udang Rp35ribu perkiloram sedangkan jika di jual langsung secara eceran di Pasar Dayun harganya mencapai Rp50ribu sampai Rp60 ribu perkilogram.

M Nur (36) Ketua Poktan Nelayan Ikan Danau Zamrud. Menyebutkan keberadaan para nelayan yang terhimpun dalam poktan dan berkelanjutan, mengindikasikan bahwa potensi ikan, udang yang ada di lingkungan tersebut tak pernah surut berproduksi.


Terdapat sekitar 20 orang yang terhimpun di poktan tersebut, sementara sejauh ini ada dua kelompok yang terlibat aktif dalam pemanfaatan sekaligus pembudidayaan ikan di danau yang ada.

Tidak melulu hanya mengambil, pihaknya juga kata M Nur berperan mengawasi tiap anggota kelompok guna memastikan hasil tangkapan jenis apa saja.

"Tidak semua jenis ikan boleh ditangkap, contohnya seperti Arwana. Kalau ada yang dapat Arwana dilepas lagi, sekarang yang banyak itu Toman, Baung dan udang gambut, udang yang dipanen dalam dua hari bisa mencapai 100 kilogram," katanya.

Secara batasan lokalitas, poktan Nelayan Ikan Danau Zamrud umumnya warga Kampung Dayun, Kecamatan Dayun sedangkan untuk kelompok kedua dari desa Rawa Mekar Jaya, Sungai Apit dengan anggota berkisar 16 orang.

Begitu juga jika ada pemancing dari luar yang kedapatan datang berburu spot, maka pihaknya akan memastikan apakah sudah mengantongi izin dari BBKSDA Riau.

"Tidak boleh bebas begitu saja, pertama kita berikan masukan, penjelasan, tapi kalau tak digubris bisa saja dilaporkan," ujarnya. Langkah itu merupakan bagian nyata untuk turut memastikan pelestarian lingkungan TNZ secara umum maupun di danau yang dimanfaatkan secara produktif tetap terjaga. Sikap persebatian dengan alam itu menurut M Nur bukanlah sesuatu yang baru muncul belakangan ini, namun berkat kesadaran yang tumbuh dengan baik secara turun temurun.

"Saya merupakan generasi ketiga, dulu orang tua kami berdayung naik sampan, sekarang Alhamdulillah lebih mudah dengan pompong," katanya.
 

Pariwisata Minat Khusus

Jarum jam mengarah angka 10.43, perahu mesin terus melaju. Menuju destinasi berikutnya, sebuah tempat istirahat, tempat rembuk bagi nelayan. Umumnya mereka melakoni kerja sebagai pencari udang disamping itu juga budidaya ikan dengan memanfaatkan ketersediaan air yang tak pernah menyusut.

Sebagian besar rombongan yang bergerak terpisah-pisah berdasarkan kecepatan perahunya masing-masing telah sampai di pondokan tempat kelompok nelayan.

Kami tiba pukul 11.00 wib, tepat. Di situ para peserta ekspedisi makan siang.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Siak,DR H Fauzi Asni MSi tampak bersemangat, keringat membasahi bagian atas kaosnya. Hawa siang cukup panas.

Usai makan siang, dia duduk bersila, duduk bersila pula Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang, sebagai lawan bicara dan sejumlah tokoh pers Riau, pengurus PWI Riau maupun peserta lainnya yang merupakan perwakilan dari kabupaten/kota se-Riau. Begitu juga beberapa personil Polairud yang ikut.

Jarum jam menunjukkan angka 11.00 WIB. Titik perhentian itu, sebuah pondokan terapung, beratap seng, berdinding papan didominasi warna putih. Beberapa jambangan bunga tersusun rapi. Tempat itu merupakan rumah singgah bagi nelayan setempat sekaligus pusat bagi Kelompok Tani Nelayan Ikan Danau Zamrud.

"Danau gambut ini merupakan yang terbesar di dunia, setelah Brazil," serunya. Menariknya keberadaan pulau-pulau di tengah, diperkirakan naik-turun’ seiring dengan kondisi air yang ada di situ. Bila terjadi penurunan ketinggian air pada saat kemarau, pulau ikut menurun dan sebaliknya pada musim penghujan. "Jadi seolah bergerak, karena dulunya adalah bentangan gambut, mengambang," cakapnya.

Meskipun punya potensi wisata yang sangat menjanjikan namun pengembangan alaf wisata baru itu perlu banyak pertimbangan. Pasalnya tak hanya berkaitan dengan eko wisata, mengingat tempat tersebut juga merupakan daerah eksplorasi minyak yang berarti ada peran BOB. Diketahui dari luasan 31 hektare (ha) lebih, oleh Kementerian LHK dalam hal ini BBKSDA Riau diberi hak pengelolaan sentra wisata seluas 900 ha.

"Pemkab Siak memiliki impian kedepan akan ada restoran terapung, cottage terapung, kolam renang terapung, wisata minat khusus namanya." kata Fauzi pada kesempatan terpisah.

Pihaknya meyakini dengan bentangan alam semula jadi yang bertahan dalam waktu lama itu akan menjadi nilai eksotis dan daya tarik bagi wisatawan, tak hanya domestic tapi juga mancanegara.

Pariwisata minat khusus (Special Interest Tourism) merupakan jenis pariwisata di mana wisatawan melaksanakan perjalanan untuk belajar dan berupaya mendapat pengalaman baru tentang sesuatu hal di daerah yang dikunjungi

Untuk D.E.D-nya kata kadis, sudah ada. Untuk memastikan terjaganya lingkungan dengan baik konsep untuk eksplorasi mayoritas di air.

"Mudah-mudahan hal ini bisa secepatnya terwujud, memang perencanannya lima tahun kedepan tapi semoga lebih cepat lebih baik," harapnya.

Lebih kurang satu jam berhimpun di pondok tersebut, secara bergantian rombongan ekspedisi TNZ bergerak meninggalkan tempat itu. Jam 12. 43 WIB, pompong kami kembali melintasi aliran Sungai Rawa. Ekspedisi itu tuntas siang, puluhan jaket pelampung telah dilepas, para peserta yang terhimpun dalam rombongan kembali ke dalam bus atau mini bus yang dipersiapkan panitia.

Jarum jam 13.12 WIB, bergerak meninggalkan titik perhentian yang menjadi semacam gerbang menuju ke Danau Zamrud tersebut. Lebih dari 30 menit terlihat plang yang menunjukkan tanda batas wilayah Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, Siak.


Bentangan Alam, dari Minyak ke TNZ

TNZ terdiri dari dua danau utama, yaitu danau atas atau biasa disebut danau besar seluas 2,416 hektare dan danau bawah dengan luas 316 hektare. Secara rinci, danau besar memiliki empat pulau yakni Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Beruk, dan Pulau Bungsu.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook