TRADISI ZAPIN

Puncak-puncak Kebudayaan Melayu

Feature | Minggu, 18 Oktober 2015 - 00:50 WIB

Puncak-puncak Kebudayaan Melayu
Musisi tradisi Zapin tampil sempurna di helat seni bertajuk “Berzapin dalam Bingkai Melayu”. Persembahan karya tari dan musik oleh Sanggar Tengkah Zapin itu mendapat apresiasi dari penonton. (JEFRIZAL/RIAU POS)

SANGGAR Tengkah Zapin (TZ) kembali gelar pertunjukan zapin dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1437. Helat yang digelar di halaman belakang sekretariat Tengkah Zapin yang beralamat di Jalan Sumatera itu berlangsung pada Rabu (14/10) lalu.

Panggung sederhana telah disiapkan. Lighting sebagai penerang juga telah dinyalakan. Setelah para pengunjung datang, duduk beralaskan karpet, pargelaran pun dimulai. di bawah pohon Mahoni itulah, dua orang lelaki, membuka sesi pertemuan yang berlangsung sederhana, akrab dan bersahaja di malam itu.

Baca Juga :Dirikan Tenda Tanggap Darurat di Wilayah Banjir

Di backdroup  tempat para pemusik menengkahkan bebunyian, terpampang sebuah tulisan Berzapin dalam Bingkau Melayu. Apa yang diharapkan dalam pagelaran yang berlangsung sekitar satu jam lebih itu menurut Pembina Tengkah Zapin, Yoserizal Zen adalah memaknai tahun baru Hijriah dengan salah satu upaya adalah menunjukkan kecintaan kepada tradisi.

Pergelaran zapin malam itu juga merupakan upaya ntuk terus menghadirkan kecintaan generasi muda hari ini terhadap seni tradisi. Di mana tradisi Melayu banyak sekali memuat filosofi Islam.  ”Zapin tradisi adalah mengejewantahkan dari rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa," ucap Kepala Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi tersebut.

Disebutkan juga oleh penyair Riau itu, tradisi menjadi kekuatan dan mempertegas identitas hari ini. Dalam seni tradisi senantiasa disuguhkan pengajaran berharga untuk dijadikan semangat dalam pembangunan daerah ini. “Untuk itulah, kami akan tetap konsen menjaga, mengembangkan dan melestarikan seni tradisi. Dan harapan kami, semoga kita selaku pekerja seni tidak terjebak dengan globalisasi tetapi tetap mampu menjadi pekerja seni yang berakar kepada tradisi,” ujar Yoserizal.

Tepuk tangan dari para penonton malam itu bertengkah pula dengan tawa canda dan gelak riang, terlebih melihat dan mendengar sentilan humor yang disampaikan MC senior, Udin Semekot. Apalagi di sela-sela pentas dan diskusi malam itu dihadirkan pula humoris senior lainnya, Fakhri Semekot. Tak heran kemudian, terdengar tawa berderai-derai dalam pertemuan yang dikemas untuk merayakan tahun Islam tersebut.

Fakhri dalam kesempatan itu, mengaku bangga melihat anak-anak muda tetap berupaya dalam melestarikan seni tradisi. Katanya, zaman boleh “gila-gilaan” tetapi tradisi harus tetap terpelihara dan menjadi akar dari segala macam kreativitas. “inilah masanya adik-adik memperkenalkan seni tradisi kepada dunia dan itulah tugas kalian hari ini karena kami sudah dari dahulu melakukan pekerjaan itu, katakan kepada dunia luar, inilah kekayaan seni kami,” ungkapnya tegas.   









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook