Warga Kampar Kiri kembali diserang beruang. Kali ini menyerang suami istri petani karet asal Lipat Kain. Kalimat "taktis" sang suami, Rofiandi (32), membuat keduanya terhindar dari amukan ganas beruang, Selasa (13/1).
(RIAUPOS.CO) - KESEMPATAN selamat dari serangan beruang di hutan maupun di kebun karet di Kampar Kiri 50:50. Rata-rata yang selamat juga mengalami cacat permanen. Beruntung Rofiandi mampu selamat dari amukan beruang. Namun bukan tanpa lecet, tangan kirinya patah akibat gigitan beruang dewasa sekitar pukul 11.00 WIB hari itu. Tangan kirinya digigit memintal yang membuat tulang lengannya patah tebu.
Gigitan itu menjadi satu-satunya luka yang diterima Rofiandi yang sejak pagi menjalankan aktivitas normalnya sebagai petani karet di Desa Teluk Paman. Warga Kelurahan Lipatkain ini ke kebun mereka bersama sang istri Aini (28).
Masih teringat oleh Rofiandi saat dirinya sedang memupuk batang karet, kegiatan yang biasa dilakukan petani di kala musim hujan, tiba-tiba terdengar pekikan hewan dari semak-semak. Awalnya suara itu terdengar seperti babi berkelahi. Namun pekikan yang kedua, kedengarannya makin lantang, hingga mereka berdua mulai waspada. Ketika pekikan ketiga muncul dan sudah semakin dekat, Rofiandi langsung memerintahkan sang istri untuk berlari.
Aini berlari lebih dulu, keduanya berlari sekuat tenaga ketika melihat sesosok besar beruang muncul dan langsung mengejar mereka dari balik rimbunnya hutan karet. Mereka menghadapi beruang dewasa yang sedang mengamuk. Malang nasib Rofiandi, dirinya tersandung dan jatuh ke tanah. Saat terjatuh, masih ada jarak antara dirinya dan beruang besar itu. Sang istri menghentikan langkah ketika sang suami terjatuh. Saat itu yang ada di tangan Rofiandi hanyalah botol minuman, sementara pisau takik karet dan parang masih terselip di pinggangnya. Begitu juga sang istri yang kalut ketika beruang mendekati suaminya yang tergeletak di tanah. Pisau takik dan parang juga masih ada di pinggang.
Berada dalam posisi tidak menguntungkan, Rofiandi mencoba melempar beruang bermoncong putih itu dengan botol minuman. Beruang bergeming dan langsung menyergap tangan kiri Rofiadi. Sekali gigit, dua taring beruang yang sepanjang kelingking orang dewasa menancam kuat di lengan kirinya.
Setelah menggigit dengan sekali pintal (putaran kepala), tulang lengan pria itu langsung patah. Namun saat itu Rofiandi tidak terlalu panik dan masih sempat memerintahkan sang istri dengan kalimat yang taktis. Kalimat yang pada akhirnya menyelamatkan dirinya dari amukan si beruang madu.
"Sintak ladieng du Dek (Cabut parang tu Dek, red)!" perintah Rofiandi ketika beruang itu tidak juga melepaskan gigitan di tangan kirinya. Sambil meminta sang istri mencabut parang di pinggangnya, Rofiandi seketika juga ikut menarik parang dari pinggang. Karena posisi Aini sang istri yang sedang berdiri dan lebih siaga, dirinya lebih dulu berhasil mengarahkan parang itu ke beruang. Ternyata, ancaman parang itu membuat beruang takut. Seketika beruang besar itu melepas gigitannya dan lari ke semak belukar tidak jauh dari kebun karet milik mereka. Rofiandi selamat, namun tangannya bercucuran darah.
Sepasang suami istri ini sudah membuktikan kesetiaan sehidup semati. Keberanian khas para petani karet di Kampar Kiri sudah mendarah daging pada mereka. Bagaimana Rofiandi memerintahkan sang istri berlari lebih dulu, dengan maksud untuk melindungi, sementara ketika Aini tidak menyelamatkan diri sendiri ketika suaminya jatuh dan diserang beruang. Rofiandi tidak panik, padahal tubuhnya sudah mulai dicabik beruang.
Begitu juga istrinya yang dengan berani menghunuskan pisau takik ke arah beruang dengan maksud menakut-nakuti binatang buas yang sangat menjaga teritorialnya itu. Usai kejadian Rofiandi langsung dilarikan ke puskesmas terdekat. Setelah di-rontgen, benar, dua ruas tulang lengan kirinya patah tebu dan harus dirujuk ke RSUD Bangkinang, Rabu (13/1).
Menurut seorang warga, Fandi, bukan kali ini saja warga Kampar Kiri diserang beruang di Teluk Paman. Sejak 2017, ada empat kasus serangan brutal di Teluk Paman. Serangan paling mematikan menimpa Bunai, yang tidak lain adalah mertua Rofiandi sendiri. Lokasi serangan yang terjadi tidak begitu jauh dari lokasi Rofiandi diserang. Pada kejadian sekitar tiga tahun silam itu, Bunai dinyatakan meninggal, sementara sang suami, Saruli, mengalami luka-luka.
Fandi menyebutkan, serangan beruang ini berulang, bahkan pada keluarga yang sama. Fandi yang juga merupakan saudara kandung Rofiandi ini berharap hal ini menjadi perhatian serius pihak-pihak yang punya kewenangan.
"Kami berharap beruang ini cepat ditangkap dan dievakuasi. Ini merupakan serangan berulang terhadap warga dan sudah sering di Teluk Paman. Sejak 2018 saja setidaknya ada tiga kali serangan. Itu belum yang termasuk hanya dikejar. Kami berharap tidak ada korban serangan beruang selanjutnya, hingga para petani merasa aman," sebut Fandi.
Menurut sejumlah warga, serangan beruang di Teluk Paman diduga karena habitatnya mulai tersudut. Yosri, salah seorang warga menyebutkan, sejumlah batas-batas kebun karet milik Rofiandi sebagai penguat dugaan tersebut. Karena kebut karet tersebut berada pada posisi terjepit.
Sementara Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono menjelaskan, begitu mendapat informasi ada warga Kampar Kiri yang diserang beruang, pihaknya langsung menurunkan tim ke lokasi kejadian untuk memastikan informasi tersebut.
"Sekarang tim masih mencari informasi di lapangan," ujar Suharyono kepada Riau Pos saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (13/1) malam.
Ia mengatakan, justru setelah tim kami bergerak ke lapangan banyak masyarakat setempat tidak mengetahui kejadian itu. Dijelaskannya, kalau untuk keberadaan beruang, hampir di seluruh daerah di Riau di luar kawasan konservasi itu ada beruang. Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat yang beraktivitas di kebun agar lebih waspada. (dof/ted)
Laporan: HENDRAWAN KARIMAN, Bangkinang