Kedua, keuntungan ekonomi. Industri kelapa sawit telah membantu mengangkat jutaan orang dari kemiskinan di Indonesia dan Malaysia, yang menyumbang sekitar 85 persen dari produksi global. Perkebunan kelapa sawit telah menciptakan jutaan pekerjaan dengan gaji yang baik.
Ketiga, serbaguna. Minyak sawit memiliki umur simpan yang panjang dan solid pada suhu kamar, menjadikannya sebagai bahan yang ideal dalam berbagai jenis makanan. Minyak sawit sangat popular sejak tahun 1990-an karena produsen mencari alternatif dari lemak terhidrogenasi dan terhidrogenasi parsial yang tidak sehat. Seperti kebanyakan minyak biji nabati alami, minyak kelapa sawit mengandung kurang dari satu persen lemak trans sehingga berperan penting dalam menciptakan makanan yang lebih sehat.
Kestabilannya pada suhu tinggi menjadikannya sangat ideal untuk digunakan dalam memasak dan menggoreng, sementara titik lelehnya yang tinggi membuatnya menjadi pengganti biaya yang efektif untuk lemak hewani dalam produk seperti makanan panggang.
Minyak kelapa sawit juga digunakan untuk memproduksi natrium lauril sulfat, yang digunakan sebagai bahan pembuat busa dalam banyak produk perawatan tubuh seperti sabun dan pasta gigi, dan juga sering ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga. Kandungan lemaknya juga menjadikannya pengemulsi ideal untuk pelembab, make up dan bahkan lilin.
Lebih lanjut Slamet mengatakan bahwa tahun ini kebijakan pemerintah yang mewajibkan penyediaan B30 pada bahan bakar sudah diterapkan.
Program Biodisel 30 persen (B30) menjadikan minyak sawit energi terbarukan yang bisa dipakai di sektor transportasi. Bahkan Pertamina sudah menyediakan Biosolar dengan kandungan Fame (minyak sawit) 30 persen untuk energi bagi sektor transportasi maupun industri.
“Dampaknya permintaan sawit dalan mengeri meningkat dan bisa terjadi peralihan pasar minyak sawit yang berorientasi ekspor menuju serapan lokal,” ujarnya. Ini jelas menguntungkan bagi para petani maupun pengelola sawit dalam negeri.
Kebijakan Keberlanjutan
Soal perhatian PT KTU untuk para petani Swadaya, Adminstratur PT KTU, Achmad Zulkarnain mengatakan bahwa PT KTU sebagai bagian dari Astra Agro memahami bahwa budidaya kelapa sawit secara bertanggung jawab sangat penting dilakukan.
“Itu sebabnya kami selalu berupaya menjaga keseimbangan antara kepentingan masyarakat, lingkungan hidup, dan profitabilitas ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya. Kebijakan Keberlanjutan Astra Agro merupakan refleksi dari upaya yang berkesinambungan dalam penerapan praktik-praktik efisien melalui konservasi keanekaragaman hayati, tanah dan air, pengurangan gas rumah kaca serta memastikan kondisi yang aman dan stabil bagi seluruh karyawan dan masyarakat sekitar.
“Intinya kami tetap komit melin dungi hutan, lahan gambut, dan bekerjasama dengan petani, organisasi non-pemerintahan serta pemangku kepentingan lainnya untuk melaksakan prinsip-prinsip keberlanjutan,” ujarnya. Menurutnya sawit merupakan produk energi terbarukan yang lebih murah, efisien dan ramah lingkungan.(***)
Laporan HELFIZON ASSYAFEI, Siak