"Sejak awal menggeluti bisnis ini kami selalu menggunakan JNE untuk mengantar barang ke pelanggan," ujar Heriyanto.
Heriyanto telah memulai bisnis MLM (multi level marketing) ini sejak tahun 2015. Setahun kemudian, pada 2016, usahanya mengalami peningkatan yang signifikan. Makanya, dia pun beralih dari sekadar mengirim barang kepada agen JNE kemudian langsung ke kantor pusat di Jalan Sisingamangaraja Pekanbaru. Fasilitas pun didapatkannya dari JNE, mulai dari kotak kemasan pengiriman, buble (plastik balon untuk menjaga agar paket tak rusak) hingga kemudahan lainnya. Setidaknya hal itu lebih memudahkannya dalam memaketkan pesanan pelanggan.
Apalagi, hingga saat ini sebenarnya Heriyanto masih bekerja di perusahaan lain. Bisnis daring di Nu Skin hanyalah "sampingan" saja. Usaha daring ini dijalankan di sela-sela pekerjaannya sebagai karyawan gudang di salah satu perusahaan.
"Nah karena JNE kantor pusat buka 24 jam, maka kami bisa lancar mengirim barang pesanan pelanggan kapan pun diorder. Biasanya malam hari setelah bekerja," ujar Heriyanto.
Kendati hanya "sampingan", tapi bisnis daring yang digeluti Heriyanto ternyata lebih menjanjikan. Dia bisa mendapatkan keuntungan Rp7 juta hingga Rp10 juta per bulan. Penghasilan itu lebih banyak dua kali lipat daripada pekerjaannya sekarang sebagai karyawan. Kendati demikian, dia belum berpikir untuk hanya sekadar berjualan secara daring ini. Pekerjaan sebagai karyawan masih akan digelutinya entah sampai kapan.
Omzetnya dari berjualan daring, ujar Heriyanto bisa mencapai hingga Rp100 juta per bulan. Untuk biaya ongkos kirim saja ke JNE mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta per bulan. Pelayanan JNE yang cepat dan kepuasan pelanggan menjadi targetnya sehingga tak berniat pindah ke lain penyedia jasa pengiriman.
"Kalau harga hampir samalah. Yang penting pelanggan puas. Itu yang terpenting," ujar Heriyanto.
Dengan kepuasan pelanggan yang jadi targetnya, maka dia pun konsisten menggunakan jasa pengiriman JNE. Tidak pernah dia menggunakan yang lain kecuali ada permintaan khusus dari pelanggan dan mereka meminta dengan ngotot.
Sebagai produk MLM, tentu saja ada aturan baku yang diterapkan. Misalnya kantor cabang Nu Skin tidak menjual langsung barang dagangannya di toko. Penjualan hanya untuk anggota (member) dan mereka yang ada di jaringan. Penjualan secara daring pun tidak boleh dilakukan di toko daring seperti bukalapak, tokopedia, shoppe, atau sejenisnya. Member hanya boleh berjualan di media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram.
"Saya sendiri pakai Instagram untuk promosi. Akun saya @Hanakozhong," ujarnya.
Lewat akun ini, Heriyanto bersama istrinya mempromosikan berbagai macam produk kecantikan keluaran Nu Skin. Perlahan namun pasti pelanggannya meningkat dari hari ke hari. Memang ada yang hanya melihat-lihat di Instagramnya, namun ada juga yang bertanya dan kemudian serius membeli. Jika sudah serius, biasanya akan dilanjutkan obrolan jaringan pribadi (japri). Dia juga memberikan nomor whatsapp (WA). Jika positif membeli, pihaknya akan meminta alamat dan mengecek ongkos kirim di aplikasi MyJNE.
"Kalau sudah deal, tinggal tunggu transfer, maka kami kirim lewat JNE," ujar Heriyanto.
Sejauh ini, pelanggan mengaku puas atas produk dan jasa pengiriman yakni JNE. Jika pun ada komplain, dalam waktu 2x24 jam dipastikan ada jawaban dari pihak JNE. Sejauh ini belum ada barang yang tak sampai, rusak, atau hilang.
"Keterlambatan kadang ada, tapi jarang sekali. Hanya sekitar 5 persen saja. Itu pun biasanya kalau daerah pelosok sekali," ujar Heriyanto.
Keunggulan JNE lainnya yang dirasakan Heriyanto adalah soal asuransi yang diberikan. Pihaknya kadang mengirimkan barang mahal seperti galvanis yang seharga Rp4,2 juta per unitnya. Asuransinya disesuaikan dengan harga barang, dengan premi hanya Rp13 ribu. Sementara ada jasa pengiriman lain yang mematok asuransi bernilai Rp25 juta kendati harga barang hanya Rp4 juta. Tentu saja preminya lebih mahal, mencapai Rp100 ribu.
"Makanya sampai sekarang kami belum mau ke lain jasa pengiriman walaupun banyak tawaran," ujar Heriyanto.
Wakil Kepala Cabang JNE Pekanbaru Zulheri Adha menyebutkan, dengan memegang teguh filosofi ini, maka kepuasan pelanggan menjadi nomor satu. Sebab, dengan tepat waktu, barang antaran sampai dengan utuh, tidak cacat, maka akan menimbulkan kebahagiaan untuk pengirim sekaligus penerima. Kebahagiaan itulah tujuannya.
"Maka fokus kami ada pada servis. Kalau harga mungkin relatif. Yang penting kami harus menjaga servis," ujar Zulheri.
Semangat membantu sesama dan memberikan pelayanan maksimal yang membahagiakan sudah dicetuskan pendiri JNE H Suprapto Suparno sejak awal. Makanya, semangat membantu sesama itu tak boleh lepas dari setiap karyawan JNE. Bahkan tiap hari jadi (HUT) JNE, semangat membantu sesama itu diwujudkan dengan mengundang anak-anak yatim.
"Tradisi itu kami pelihara sampai sekarang kendati beliau sudah wafat," ujarnya.
Filosofi membantu sesama juga yang mendasari JNE bekerja sama dengan UKM, toko daring, dan usaha-usaha kecil lain untuk mengantarkan paket kiriman mereka. Salah satunya adalah kerja sama dengan tokopedia. Menurut Zulheri, awal tokopedia berdiri, tidak ada yang mau bekerja sama dengan mereka selain JNE. Sebab, ada opsi bisnis yang "kurang menguntungkan" bagi penyedia jasa pengiriman. Tapi, dengan semangat membantu, JNE menjalin kerja sama itu.
"Sekarang, setelah tokopedia makin berkembang dan menjadi besar, semua mulai mendekat dan bekerja sama," ujarnya.
Diakuinya, bisnis berbasis daring (e-commerce) makin marak. Maka pertumbuhan penjualan secara daring juga makin marak. Ini meningkatkan penggunaan jasa pengiriman, juga pada JNE. Pada 2018, peningkatan mencapai 30 persen. Di sisi lain, jasa pengiriman barang juga mulai bertumbuhan. Persaingan juga kian ketat. Layanan-layanan baru yang makin memudahkan tercipta. Tapi, selagi layanan baik, persaingan itu tidak perlu dikhawatirkan.
"Pak almarhum Haji Suprapto pernah berpesan, jangan takut pada persaingan. Semua ada rezekinya. Yang penting pelayanan kita bagus, dengan hati," ujar Zulheri.