Dari dulu, Jalan Ahmad Yani dijadikan lokasi pasar tumpah di pagi hari. Tapi semakin lama, semakin banyak pedagang yang berjualan. Pedagang pun berjualan melewati batas waktu yang ditentukan. Pengguna jalan, khususnya pengendara kendaraan mengeluhkan kondisi ini.
Laporan TIM RIAU POS, PEKANBARU
SEJAK pukul 03.00 WIB, pedagang sudah mulai menggelar lapak mereka di Jalan Ahmad Yani. Dimulai dari simpang Jalan Pangeran Hidayat, lanjut ke simpang Jalan Agussalim, sampai ke simpang Jalan Cempaka.
Lapak digelar di atas trotoar dan di pinggir jalan. Bahkan sampai memakan badan jalan. Sebelum pukul 07.00 WIB, situasi hiruk pikuk seperti suasana di pasar-pasar. Makanya ada yang menyebutnya pasar tumpah karena dagangan pedagang digelar di badan jalan.
Berlangsung bertahun-tahun, pedagang yang berjualan di pasar tumpah Jalan Ahmad Yani semakin ramai. Hingga pukul 07.00 WIB pedagang masih bertahan. Baru menjelang pukul 09.00 WIB, satu per satu pedagang mulai berbenah untuk menutup lapak mereka.
Di lokasi pasar tumpah ada tempat ibadah, sekolah swasta, dan juga rumah sakit. Dan Jalan Ahmad Yani menjadi jalan yang ramai dilalui kendaraan. Sehingga keberadaan pedagang yang sampai pukul 09.00 WIB tersebut mulai dikeluhkan.
”Kalau saya lewat sini, siap-siap tahan emosi lah. Tidak menyalahkan yang berjualan, tetapi inikan bukan tempatnya, kendaraan lewat kalau pagi ramai ditambah ada pasar, jadi sebelumnya sudah padat, sekarang malah makin padat,” keluh Ipat, seorang pengendara motor, Rabu (1/11).
Hal ini juga dikeluhkan oleh seorang wali murid sekolah Santa Maria Hartati yang mengantar anak ke sekolah setiap pagi. Melihat pemandangan ini setiap hari, membuat dirinya merasa terganggu dan risih. Bahkan sangat membahayakan anak-anak yang bersekolah di sana.
”Saya selalu hati-hati kalau ke sini, malah harus pagi-pagi sekali mengantar anak ke sekolah, biar tidak kena macet. Seharusnya pemerintah menindak tegas dan kasih perhatianlah kepada warga lain seperti kami ini,” ucapnya.
Ipat dan Hartati sama-sama berharap Pemerintah Kota Pekanbaru mengambil titik tengah dan solusi bagi pedagang tersebut untuk berjualan. Bukan dibiar menggelar dagangan di jalan sibuk seperti Ahmad Yani.
Salah seorang pengendara Rizki berharap pemerintah melakukan penataan para PKL yang ada di Kota Pekanbaru, karena sangat mengganggu kenyamanan masyarakat yang melintas di kawasan tersebut.
Selain itu, bagi para PKL yang mengambil hak pejalan kaki dan juga pengendara seharusnya memiliki rasa kesadaran karena telah menggunakan fasilitas publik yang bukan ditempatkan untuk lokasi berjualan dan malah mengganggu kenyamanan masyarakat.
”Kesadaran para PKL sepertinya yang sangat kurang. Mereka merasa bebas berjualan di mana saja tanpa perlu melihat, apakah telah mengambil hak pengguna jalan lainnya. Saya sangat berharap pemerintah bisa segera menindak tegas para PKL tersebut dengan menempatkan mereka ke lokasi yang lebih strategis agar tidak kembali berjualan di badan jalan,” harapnya.
Beberapa warga lainnya yang ditemui Riau Pos juga mempunyai harapan yang sama terkait pasar tumpah tersebut. Agar keindahan dan keselamatan kota ini tetap terjaga, mereka berharap pemerintah memberikan penanganan yang tepat untuk kelanjutan pasar tumpah ini, sehingga kenyamanan suasana di tengah-tengah Kota Pekanbaru ini selalu terlihat indah dan membuat aktivitas warga semakin lancar.
Sopian, pedagang pasar tumpah, mengaku sudah lama berjualan di Jalan Ahmad Yani. Dirinya merasa berjualan di sini mendapatkan keuntungan yang lumayan dan pembeli yang datang cukup ramai. Bahkan untuk berjualan di sini ia hanya membayar uang kebersihan saja, tidak sampai membayar lapak atau biaya lainnya.
”Kalau mau pindah, tidak ada tempat selain di sini, mau di pasar pun sudah penuh, kalau pun ada pasti harga sewanya tinggi dan pembeli di sana tak seramai di sini. Kalau pun nantinya ada tempat baru dan di sini tidak ada lagi, ya kami para pedagang hanya pasrah dan mengikuti aturan saja,” jelasnya.
Sopian tidak merasa khawatir, meskipun sudah berjualan lama di pasar tumpah. Karena menurutnya Tim Satpol PP yang mengatur untuk mentertibkan pedagang sudah ada setiap pagi. Menurutnya, berjualan di pasar tumpah ada batas waktunya sampai pukul 07.00 WIB atau 07.30 WIB. Setelah itu, petugas Satpol PP akan mulai mengingatkan kepedagang lainnya bahwa batas berjualan sudah mencapai waktunya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru Zulhelmi Arifin mengatakan, dalam waktu dekat Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru berencana melakukan penertiban PKL di sejumlah ruas jalan.
Terdapat sejumlah ruas jalan yang sedang menjadi pertimbangan dalam pembahasan. Di mana, keberadaan PKL sudah mulai mengganggu arus lalu lintas sehingga jika dibiarkan bisa berpotensi kemacetan hingga kecelakaan lalu lintas.
”Kita masih pembahasan. Memang ada beberapa ruas jalan yang keberadaan PKL kemarin sudah tertib, sekarang mulai tidak tertib lagi. Jadi kita lakukan rapat evaluasi kembali,” ujarnya.
Menurutnya, Pemko Pekanbaru sudah dua kali melakukan rapat evaluasi PKL tersebut. Pihak Pemko Pekanbaru sudah mendengarkan penyampaian dari pihak kecamatan dan sebagainya. Saat ini, ada dua ruas jalan yang sudah dibahas, yakni Jalan Ahmad Yani dan Jalan Agus Salim.
Rencana penertiban dilakukan dengan pertimbangan matang, sehingga perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu. Pasalnya, Pemko Pekanbaru tidak ingin penertiban PKL justru merusak rezeki pedagang.
Menurutnya, dalam waktu dekat Pemko akan kembali melakukan evaluasi penataan PKL bersama Sekko Pekanbaru. ”Kita akan terima semua masukan dari masyarakat. kita juga akan segera bahas secara mendalam. Karena di satu sisi kita tidak ingin PKL ini terhambat rezekinya dan lain sebagainya setelah nantinya kita tertibkan. Maka perlu pertimbangan yang matang,” katanya.(end/ayi)