Presdir Sritex Iwan Setiawan Lukminto tentang Industri Padat Karya
RIAUPOS.CO - SEBAGAI pemimpin perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Setiawan Lukminto paham benar masalah yang membelenggu industri saat ini. Presiden Direktur PT Sritex Tbk itu meyakini tenaga kerja adalah aset industri yang harus dilindungi pemerintah.
”Perlindungan itu dalam bentuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja asing,” ujar Iwan saat ditemui di kantornya, Selasa (19/1). Peraih nominasi EY World Entrepreneur of the Year 2015 di Monaco itu melihat, pemerintah saat ini masih kurang mendukung keperluan industri padat karya akan tenaga kerja berkualitas.
“Di industri tekstil, misalnya, pemerintah kurang mendukung pertambahan jumlah jurusan pertekstilan di perguruan tinggi,” ujarnya.
Jumlah institut dan kampus yang menyediakan jurusan itu semakin berkurang. Saat ini industri sangat sulit menemukan tenaga kerja lulusan jurusan pertekstilan. ”Padahal, industri tekstil adalah salah satu sektor yang serapan tenaga kerjanya tinggi,” tutur Iwan.
Jika industri itu mampu menyerap banyak tenaga kerja, jumlah penganggur akan berkurang. ”Multiplier effect-nya, pendapatan masyarakat akan naik. Tingkat konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pun akan lebih cepat melaju,” lanjut pengusaha 40 tahun itu.
Menurut Iwan, pemerintah sebetulnya tahu bahwa penyebab semakin berkurangnya jumlah perguruan tinggi pencetak tenaga profesional di bidang tekstil adalah minat generasi muda yang juga rendah. Lulusan SMA saat ini lebih suka memilih jurusan yang populer dan ”cepat laku”. Contohnya, kedokteran, TI, ekonomi, dan ilmu komunikasi. ”Bagaimana mendorong minat anak muda ke jurusan tekstil dan bagaimana dunia pendidikan kita memfasilitasi hal tersebut, itu tanggung jawab pemerintah. Ini industri padat karya, kebutuhannya soal tenaga kerja sangat tinggi,” lanjutnya.