Keberatan masyarakat lainnya, lanjut Djarot, terkait dengan limbah radioaktif. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah radioaktif itu juga bisa memendarkan radiasi yang bisa berdampak buruk pada masyarakat.
Meski popularitas nuklir meningkat, Batan belum menjadikan tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik dalam skala besar. Selama ini, nuklir yang dimiliki hanya untuk uji coba dan pendidikan. Salah satunya, yang terdapat di kantor Batan, Serpong, Tangerang Selatan. Di sana, terdapat Pusar Reaktor Serbaguna (PRSG) dan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR).
Dalam beberapa kali kunjungan ke jantung pengoperasian PRSG Batan, Serpong, pengelolaan dan pengoperasian nuklir sangat safety. Saat tidak aktif, reaktor nuklirnya direndam dalam kolam raksasa. Ketika sedang dioperasikan, besi-besi berisi uranium akan memendarkan cahaya biru menyala.
Begitu juga dengan PTLR Batan, Serpong. Meskipun menjadi unit yang khusus mengelola limbah, atau sampah nuklir, tetap aman untuk para pegawainya. Sampah radioaktif dikelola dengan beberapa mekanisme, sehingga aman untuk disimpan tanpa memendarkan radiasi berbahaya.
Tahun depan rencananya Batan bakal membangun Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Serpong. Itu semacam PLTN tetapi dalam skala kecil. Listrik yang dihasilkannya hanya 10 MW. Tujuannya untuk edukasi masyarakat supaya makin mendukung pembangunan PLTN besar. (dee/dim/wir/wan)
Sumber: JPG/JPNN
Editor: Hary B Koriun