“Sebagian besar keperluan kita masih impor. Walaupun tahun ini ada penurunan impor, tidak seperti tahun lalu. Tapi, ketika ekonomi kita berkembang kembali lagi seperti semula, maka keperluan BBM kembali naik,” ujarnya kepada Kaltim Post, seperti dilansir Prokal.co.
Hiswana Migas mencatat, Pertamina mengimpor minyak 500-600 ribu barel per hari. Singapura adalah salah satu negara yang selama ini menopang keperluan minyak dalam negeri. Permasalahannya, sambung dia, bukan pada seberapa besar negara mengimpor minyak. Melainkan, tingginya ketergantungan terhadap negara lain.
“Ini tentang kedaulatan negara. Catat, cadangan minyak kita hanya cukup untuk 20 sampai 22 hari di seluruh Indonesia. Sekarang bisa dibayangkan, seandainya terjadi kerusuhan di Timur Tengah. Maka otomatis pengiriman ke Indonesia akan terhenti. Kalau minyak tidak datang, semua mogok,” jelasnya.
Di Amerika Serikat, dia menyebut cadangan minyaknya hingga 14 bulan, sementara Jepang delapan bulan. “Kami ini cuma 22 hari, sangat riskan,” imbuhnya.
Kebijakan politik negara penghasil minyak disebut Afiudin patut dicermati. Jika Indonesia diembargo, maka kondisi dalam negeri akan terjepit. Ancaman ini bisa terjadi kapan saja dan ini yang dikhawatirkan Hiswana Migas.