JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Per Maret 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25,95 juta orang atau sebesar 9,82 persen. Adapun jumlah itu turun 633,2 ribu orang dibandingkan September 2017.
Per September 2017, jumlahnya sebesar 26,58 juta orang atau 10,12 persen. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejatinya metode hitung kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah dengan menghitung jumlah kalori yang dikonsumsi masyarakat tiap harinya.
"Harga (kalori) itu yang disebut (parameter) garis kemiskinan,” ujarnya dalam Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Misalnya, imbuhnya, jika kebutuhan kalori manusia minimalnya adalah 2.250 kalori per hari, jumlah kalori itu dikonversikan ke dalam sejumlah uang. Isinya terdiri dari komponen makanan yang memenuhi jumlah kalori per hari.
“Orang yang memiliki pendapatan di bawah kebutuhan 2.250 kalori itu artinya berada di garis kemiskinan. Sedangkan, yang penghasilannya di atas pemenuhan 2.250 kalori artinya kelompok yang tidak miskin,” terangnya.
Mantan Direktur Bank Dunia itu menerangkan, tentu saja ada pro kontra dalam memahami hal itu. Masyarakat umumnya yang berkomentar melalui sosial media lalu membandingkan parameter kemiskinan dengan negara-negara lain.
Pasalnya, persentase angka kemiskinan baru pertama kalinya berada di angka single digit. Dikutip JawaPos.com dari data BPS, pada Maret 2014 angka kemiskinan turun menjadi 28,28 juta orang, September 2014 turun menjadi 27,73 juta orang.
Diketahui, angka itu menjadi capaian terakhir SBY sebelum akhirnya digantikan oleh Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini menjadi Presiden Indonesia. Memasuki era pertamanya atau pada Maret 2015, angka kemiskinan langsung naik menjadi 28,59 juta orang.
Pada September 2015, angka itu hanya mengalami sedikit penurunan yakni menjadi 28,51 juta orang. Selanjutnya, pada Maret 2016, angka kemiskinan kembali turun menjadi 28,01 juta orang.
Kemudian, pada September 2016 jumlah tersebut kembali turun menjadi 27,76 juta orang. Akan tetapi, tahun berikutnya atau pada Maret 2017, angka kemiskinan naik tipis menjadi 27,77 juta orang.
Berselang 6 bulan atau pada September 2017 angka kemiskinan kembali turun menjadi 26,58 juta orang. Sampai memasuki 2018, jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 25,95 juta orang atau turun 633,2 ribu orang.
Namun, menurut Kepala BPS Suharyanto , pemerintah diingatkan agar pengentasan kemiskinan harus terus dibenahi, khususnya untuk wilayah Indonesia Timur.
"Kami masih punya PR besar untuk Indonesia bagian Timur karena itu proses pembanguann yang sekarang dikerjakan pemrintah yang berikan perhatian khusus di Indonesia timur, kami harap bisa mampu menignkatkan kesejahteraan masyarakat di sana," tutupnya. (uji)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama