JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perdagangan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan mendatar di level 14.900-an, dan ada kemungkinan bisa terus melemah ke depannya. Sejumlah sentimen akan mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada berharap rilis data-data ekonomi di awal pekan diharapkan mampu memberikan sentimen positif pada Rupiah. Sejumlah sentimen positif diharapkan mampu mengimbangi sejumlah sentimen yang memperkuat laju dolar AS.
“Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 14.936-14.920. Secara tren pergerakan rupiah masih cenderung mendatar dan bahkan berpotensi kembali melemah jika tidak ada sentimen positif yang dapat direspons dengan baik,” ujarnya Senin (1/10).
Reza menjelaskan, pergerakan negatif masih terjadi pada rupiah yang belum juga merespons kenaikan 7D-RR sebanyak 25 bps. Pola yang sama kembali terjadi dimana pasca dinaikannya tingkat suku bunga acua Bank Indonesia, tidak banyak berimbas pada Rupiah.
Di sisi lain, kata Reza, pergerakan dolar AS menguat seiring dengan melemahnya laju Euro pasca adanya sentimen negatif dari Italia. Dikabarkan Italia meningkatkan perkiraan defisit anggarannya sehingga memberikan kekhawatiran akan kondisi anggaran negara tersebut.
“Tidak hanya itu, pelaku pasar melihat belum usainya perang pengenaan tarif impor dagang antara AS dan Cina membuat permintaan akan mata uang safe haven masih meningkat sehingga memperkuat laju dolar AS. Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung kenaikan sejumlah data-data ekonomi AS,” ujarnya.(mys/jpg)