DUMAI (RIAUPOS.CO) - Bersama pihak Polres Dumai, Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfotiksan) Bengkalis menggelar Kominfo Goes To School pertama kali ini mengusung tema "Sosialisasi Media Sosial Menangkal Hoax dan Bully".
Kabid IKP Diskominfotiksan Kota Dumai Muhammad Saddam, memberikan sosialisasi serta pemahaman terkait penggunaan bermedia sosial baik dan benar dan berpesan agar para siswa dan siswi bisa benar-benar memahami penggunaan media sosial dengan baik dan memahami konsep hoax, cyberbullying serta hal negatif lainnya.
"Adik-adik perlu paham bahwa media sosial tidak hanya berisi hal-hal positif, tetapi banyak juga negatif yang bisa berdampak buruk pada diri sendiri dan orang lain. Oleh sebab itu, kita harus terus mencegah agar dampak negatif di media sosial tidak merusak diri sendiri dan orang lain," ujar M Saddam di hadapan siswa dan siswi SMA Negeri 1 Dumai, Sabtu (2/12).
Dikatakan Sadam, sama seperti bullying, cyberbullying atau perundungan siber juga harus diperangi. Tidak hanya orang dewasa, tindakan tak terpuji ini pun bisa dialami oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah.
Cyberbullying adalah penyalahgunaan internet untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, dan mengejek orang lain. Tidak seperti bullying fisik maupun verbal, bentuk bullying ini tidak membutuhkan pertemuan tatap muka dan tanpa melibatkan kekuatan fisik.
Kasat Reskrim Polres Dumai AKP Bayu Ramadhan mengatakan Cyberbullying adalah tindakan perusakan yang bisa dilakukan semua orang, asal mereka memiliki koneksi internet dan perangkat seperti telepon pintar. Pelakunya bisa bersifat anonim sehingga mereka kerap tak memiliki rasa khawatir untuk teridentifikasi.
" Tindakan cyberbullying juga bisa terjadi 24 jam atau sepanjang waktu. Selain itu, sebagai dampaknya, korban akan terus mengalami perisakan diberbagai tempat, tidak hanya di dunia maya, melainkan juga kehidupan nyata," terang AKP Bayu.
Perusakan siber atau cyberbullying dapat dilakukan semua umur, termasuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak laki-laki dinilai lebih sering melakukannya melalui aktivitas sexting, atau dengan cara mengirimkan ancaman fisik.
Di sisi lain, anak perempuan melakukan cyberbullying dengan melontarkan kebohongan, rumor. ‘‘Walaupun begitu, para pengguna internet bisa bertukar peran dalam perusakan siber,’’ujarnya.(rpg)