OLEH JIMMY FRISMANDANA KUDO

Ayah Teladan Bernama Hatta

Buku | Minggu, 29 November 2015 - 00:25 WIB

Ayah Teladan Bernama Hatta

Bung Hatta seperti yang kita semua ketahui identik dengan kejujuran itu sendiri. Gemala menceritakan kejujuran sang ayah yang begitu tertib menggunakan uang negara (hlm. 165), ”Pada tahun 1971 Ayah dan Ibu disertai Halida pergi berobat ke negeri Belanda dan mampir ke Austria. Sekembali dari sana, Ayah memerintahkan Pak Wangsa Widjaja mengembalikan kelebihan dana sisa perjalanan yang diperolehnya itu ke negara melalui Sekretariat Negara.”

Ayah berujar (hlm. 166), “Kalau masih ada sisanya yang tak terpakai, itu wajib dikembalikan”. Tidak terlintas di pikiran Ayah sedikit pun menggunakan sisa uang untuk dirinya sendiri atau keluarganya. Ayah selalu melihat uang itu sebagai uang rakyat Indonesia dan masih banyak orang lain yang membutuhkan sisa uang itu. Dengan demikian, prinsip Ayah adalah “Itu bukan uangku, kembalikan kepada negara”. Betapa sucinya pemikiran Bung Hatta. Sebuah sikap dan teladan yang (sangat) sulit ditemukan dalam politik Indonesia dewasa ini yang kian hari kian korup tingkat kronis.

Baca Juga :Mengenal Kearifan Budaya Lokal Masyarakat

Persahabatan indah Bung Hatta dengan Jawaharlal Nehru bermula di Brussels, Belgia, tahun 1927 dalam kongres “Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial”. Hatta dan Nehru berjuang sejak mahasiswa bagi negara masing-masing. Persahabatan yang tetap terjalin sesudah itu berlanjut dengan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan India yang terjalin dengan sangat baik pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut tak terlepas dari persahabatan anggun antara Hatta dan Nehru (hlm. 188-189).

Teladan Bung Hatta sebagai ayah yang luar biasa sekaligus fenomenal mesti kita jadikan contoh besar. Menutup tulisan ini, mengenai sosok keras hati, pecinta buku lintas bidang, dan sikap prinsipil kelas satu bernama Bung Hatta, penulis ingin mengutip kalimat yang bagus sekali dari seorang ahli psikolog bernama Sigmund Freud asal Austria, “I cannot think of any need in childhood as strong as the need for a father’s protection” yang berarti “Saya tidak berpikir kebutuhan lain dari masa kanak-kanak sekuat kebutuhan akan perlindungan seorang ayah”.

Bung Hatta sebagai ayah teladan tidak hanya menempati hati ketiga anak perempuannya tetapi juga menempati secara kekal abadi dalam setiap hati sanubari anak bangsa Indonesia yang merindukan sosok negarawan yang berbuat dan berbakti bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia! Kita rindu Bung Hatta.***

Jimmy Frismandana Kudo, Guru Sejarah SMA Darma Yudha, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook