OLEH JIMMY FRISMANDANA KUDO

Ayah Teladan Bernama Hatta

Buku | Minggu, 29 November 2015 - 00:25 WIB

Ayah Teladan Bernama Hatta

Mohammad Hatta yang akrab dikenal dengan nama Bung Hatta sewaktu berjuang menuju gerbang kemerdekaan Republik Indonesia yang sangat ia cintai pernah melakukan sumpah sakti dan ikrar besar untuk tidak akan menikah sampai Indonesia benar-benar merdeka. Suatu hal yang benar-benar Bung Hatta lakukan karena kecintaannya yang begitu dalam terhadap ibu pertiwi Indonesia.

Beberapa bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya 18 November 1945, Bung Hatta akhirnya benar-benar menikah dengan pujaan hatinya bernama Rahmi Rachim. Bung Karno sendiri berperan besar untuk menjodohkan Bung Hatta dengan Rahmi karena Bung Karno paham bahwa sahabatnya yang satu ini jika berhadapan dengan perempuan memang bukan ahli yang baik. Perbedaan usia 24 tahun bukan menjadi penghalang bagi Bung Hatta dan Rahmi menjalani romantika rumah tangga bersama ketiga perempuan buah hatinya yang manis bernama Meutia, Gemala, dan Halida.

Baca Juga :Mengenal Kearifan Budaya Lokal Masyarakat

Buku yang ditulis oleh ketiga putri Bung Hatta ini menceritakan dengan sangat baik serta sangat dekat sekali sosok tokoh berprinsip teguh dan berpendirian kuat Bung Hatta yang ketiga putrinya menyebut Bung Hatta sebagai ayah. Buku ini terdiri dari 3 bagian yang masing-masingnya terdiri dari tulisan-tulisan cerdas serta menginspirasi kita semua yang berasal dari pengalaman Meutia, Gemala, dan Halida bersama ayah yang sangat mereka cintai, kasihi, dan sayangi sebagai teladan hebat yang mendidik ketiga putrinya hingga berhasil seperti saat ini.

Karya luar biasa mengagumkan ini wajib dimiliki oleh siapapun dan dari kalangan manapun khususnya bagi para pecinta tokoh bangsa Indonesia bernama Mohammad Hatta sang pecinta buku nomor wahid termasuk bagi mereka yang telah menjadi ayah dari anak-anak tercinta sehingga kita bisa meneladani Bung Hatta dalam mendidik anak-anaknya dengan penuh makna, penuh cinta, dan penuh sayang. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan pada satu sisi membuat air mata mengumpul di bola mata seperti mau menangis, terharu dengan didikan Bung Hatta.

Kecintaan Bung Hatta terhadap sejarah diturunkan kepada anak-anaknya. Meutia menceritakan (hlm. 17), bahwa ayah dan ibu selalu membawanya ke tempat-tempat bersejarah di tiap kota sehingga itulah yang menyebabkan Meutia memiliki minat besar pada sejarah kebudayaan sehingga membawa beliau menjadi Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia. Suatu prestasi yang didapat dari didikan Bung Hatta.

Suami Meutia yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono menulis kenangannya bersama sang mertua, Bung Hatta (hlm. 100), “Saya bersyukur bisa mendampingi dan mengamati raut muka beliau, menatap mata beliau yang tajam bersinar, yang mengungkapkan kekerasan sikap dan keteguhan hati”. Kesan yang begitu luar biasa cocok dengan sosok Bung Hatta.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook