(RIAUPOS.CO) - Sebagai negara serumpun, Indonesia dan Malaysia memiliki kedekatan dari banyak sisi. Itu pula yang menyebabkan kedekatan emosional dua negara bisa makin erat. Kedekatan itu makin erat di kawasan-kawasan Melayu, termasuk Riau. Orang-orang Riau memiliki kedekatan emosional dan kekerabatan dengan Malaysia melebihi yang lain.
Tapi di sebalik itu, kadang kedekatan geografis dan emosional itu berbenturan satu sama lain. Ibarat saudara, pertengkaran sedarah itu bisa jadi berdarah-darah. Bahkan perang saudara mewarnai kisah pertelagahan negeri-negeri seantero dunia. Perang saudara demi tahta adalah cerita kelam dari masa ke masa.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah salah satu episode sejarah yang pernah mengaduk emosi dua warga negara. Konfrontasi di zaman pemerintahan Soekarno itu bahkan terus bisa diperbarui dalam banyak aspek di era modern. Klaim pulau, lagu, tari-tarian, makanan, telah menjadi episode baru pertelagahan dua negeri serumpun. Anehnya, Indonesia selalu berada di pihak yang "kalah".
Inilah salah satu tema yang diangkat dalam sebuah tulisan berjudul "Celana Tak Berpisak" ini. Tulisan esai yang sekaligus menjadi judul buku ini memaparkan tentang "mental kerdil" kita ketika berhadapan dengan Malaysia. Mental kerdil itu diumpamakan bak celana tak berpisak. Kehormatan bangsa tak berani diperjuangkan saat diperlukan. Padahal ini tentang marwah sebagai bangsa besar. Seumpama memiliki celana, tapi tak ada pisaknya. Uniknya, penulis buku ini, Griven, memperlihatkan keberpihakannya kepada nasionalisme keindonesiaan dibanding kemelayuan sebagai negeri serumpun.
Penerbit : Meja Tamu, Sidoarjo
Cetakan : Pertama, Desember 2018
Tebal : xiv + 589 halaman