Ia kemudian dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi Padang Ekspres, lalu terus menjadi wakil pemimpin umum. Selanjutnya mendapat kepercayaan untuk mendirikan perusahaan baru, Harian Umum Rakyat Sumbar. Selain menjadi direktur, pemimpin umum, ia tiga kali menjadi Pemimpin Redaksi Rakyat Sumbar.
Di Rakyat Sumbar, Firdaus Abie bersama timnya memberikan pembinaan menulis kepada pelajar, mahasiswa dan guru, sejak 2011. Mengusung nama, Bengkel Literasi Rakyat Sumbar, dibuka kelas pelatihan setiap Jumat, di kantornya. Pesertanya berasal dari pelajar dan mahasiswa di Padangpanjang, Tanahdatar, Agam dan Bukittinggi. Pembinaan diberikan secara gratis.
Bengkel Literasi Rakyat Sumbar kemudian tumbuh dan berkembang. Binaan literasi di bengkel ini terus bertambah, datang dan pergi silih berganti. Pembinaan di Bengkel Literasi Rakyat Sumbar diberikan dalam tiga kelas berbeda. Jurnalis pelajar untuk pelajar SD, SMP dan SMA. Jurnalis kampus untuk mahasiswa. Jurnalis muda untuk mereka yang mengikuti program magang.
Ia juga pernah diundang secara khusus ke Tanjungpinang, Provinsi Kepri (2018) untuk memberikan pelatihan menulis kepada perwakilan karyawan BNI Wilayah Sumbar, Riau, Kepri. Dijadwalkan pula berbagi ilmu menulis di Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, namun kegiatan tersebut dibatalkan karena Pandemi Covid-19.
Keterbatasan gerak fisik tak membatasi langkahnya berbagi ilmu kepenulisan. Metoda daring yang kini sudah menjadi sebuah kebutuhan, mengantarkannya bisa berbagi dengan berbagai kalangan di seluruh wilayah. Ia punya mahasiswa binaan di Makasar dan terus berbagi dengan wartawan di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Angkatan pertama Bengkel Literasi Rakyat Sumbar, sudah ada yang berkiprah di dunia kepenulisan, di antaranya menjadi dosen sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis untuk pelajar, mahasiswa dan guru. Ada yang memiliki dan mengelola online, lembaga pendidikan menulis dan jurnalistik.
Firdaus Abie tak hanya memberikan pelatihan menulis kreatif dan jurnalistik, maupun berkutat sebagai Pemimpin Redaksi Rakyat Sumbar, tetapi juga telah menulis banyak buku, termasuk jadi editor dan kurator terhadap buku lainnya.
Kehadiran Logika Bahasa Berita (Kritik Atas Penggunaan Bahasa dalam Kegiatan Jurnalistik) dan Mangelola Media Massa tersebut sekaligus menambah catatan panjang karya yang sudah ditulisnya.
Sebelumnya, di penghujung 2020, ia menerbitkan novel yang ditulis dalam bahasa Minang, berjudul Indak Talok Den Kanai Ati menggunakan dialek Padang, Agam, Payakumbuh, Pasaman, Padangpariaman, dan Solok.
Buku lainnya, kumpulan cerita pendek Cincin Kelopak Mawar (2009). Buku kumpulan Cerpen tersebut sekaligus menjadi inspirasi bagi Jony Andra untuk melahirkan karya tari kontemporer, diangkat dari cerita tersebut. Tari kontemporer tersebut dipentaskan di Padang, Pekanbaru dan Lampung.
Mahatma Muhammad, seniman asal Sumatera Barat lainnya mengangkat kisah dalam Cincin Kelopak Mawar sebagai karya teater. Dipentaskan di Taman Budaya Padang.
Karya lain Firdaus Abie, menjadi editor buku Padang Reconstruction (2009), cerpennya masuk antologi Potongan Tangan di Kursi Tuhan (2011), antologi cerita pendek Uang Jemputan (2014), antologi cerita pendek Sastrawan Sumatera Barat; Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu (2015), novel Cincin Kelopak Mawar (2016), buku 36 Tahun Ikasmantri dan 40 Tahun SMAN 3 Padang (2017), penulis buku Gusmal, Membangun Kabupaten Solok Berbasis Empat Pilar Pembangunan (2018), bersama sejumlah wartawan senior menulis buku 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang dan Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong (2018).
Editor buku Dilema Guru di Era Milenial, Sebuah Realita di Dunia Pendidikan (2019) karya Arniwati NZ, Kepala SMP 2 Kota Solok. Editor buku Taksi Uda Menuju BIM (2019) karya Dra Hj Yenni Putri, MM (Kepala SMAN 5 Padang). Kurator antologi cerita pendek Tasbih untuk Papa (2019) karya Zhilan Zhalila. Penulis buku 25 Tahun Universitas Baiturrahmah (2019) bersama Khairul Jasmi.
Kurator antologi cerita pendek Hujan yang Mengawali (2020) karya siswa SMAN Unggul Dharmasraya. Kurator antologi puisi Kabar Negeri (2020) karya siswa SMAN 4 Bukittinggi, bersama Lili Asnita. Editor buku Suluh, Sang Penerang di Tengah Covid-19 (2021), karya Meriyenti SHut MSi, dkk, Penyuluh Kehutanan Provinsi Sumbar. Saat ini, juga sedang mempersiapkan biografi Zainal Bakar, Gubernur Sumatera Barat masa bakti 2000-2005.
Editor: Eka G Putra