DUA TAHUN PASCA-KUNJUNGAN PRESIDEN RI DI PANTAI RAJA KECIK MUNTAI-BENGKALIS

"Kini Jejak Sejarah Simbol Negara Seolah Diabaikan"

Bengkalis | Minggu, 30 April 2023 - 19:47 WIB

"Kini Jejak Sejarah Simbol Negara Seolah Diabaikan"
Presiden RI Jokowi saat menjejakkan kakinya  di Dermaga Pantai Wisata Raja Kecik, Desa Muntai Barat, Kecamatan Bantan, Bengkalis dua tahun silam. (ABU KASIM/RIAUPOS.CO)

Pantai Raja Kecik yang terletak di Desa Muntai Barat, Kecamatan Bengkalis menjadi bukti sejarah bisu pascakehadiran Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dua tahun silam. Bagaimana kondisinya saat ini, berikut liputannya.

Laporan: ABU KASIM, Bengkalis


DERMAGA yang terbuat dari kayu pohon kelapa yang tersusun rapi sepanjang lebih kurang 1 kilometer menjadi saksi bisu dari jejak kaki Presiden RI yang menginjakkan kakinya saat berkunjung ke sana.

Pascakehadiran orang nomor wahid di republik ini memiliki harapan besar agar pantai tersebut dibenahi dan lebih maju di sektor pariwisatanya. Karena kehadiran Jokowi waktu itu sempat menanam pohon mangrove yang tak jauh dari dermaga Pantai Raja Kecik tersebut.

Pohon mangrove yang ditanam itu sebagai simbol kebanggaan warga Desa Muntai Barat. Namun wujud pohonnya itu tidak terlihat lagi alias hidup segan mati tak mau.

Peristiwa bersejarah yang terjadi di Pulau Bengkalis yang berjuluk Kota Terubuk dan saat ini berubah menjadi Negeri Junjungan, di mana sejak 76 tahun negara ini merdeka baru pertama kali dikunjungi oleh Presiden RI (simbol negara). Namun sangat disayangkan sekali, peristiwa yang ditinggalkan oleh kepala negara itu seakan tidak dihargai, bahkan telah dilupakan oleh punggawa negeri Bengkalis.

Momen bersejarah yang sudah sejak 76 tahun dinanti-nanti oleh masyarakat Pulau Bengkalis yang merupakan pulau terluar Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia itu, terjadi tepatnya pada tanggal 28 September 2021 lalu. Lokasinya Pantai Wisata Raja Kecik Desa Muntai Barat Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis.

Kala itu, kehadiran Presiden sejak subuh telah ditunggu-tunggu ribuan masyarakat dalam rangka kunjungan kerjanya melakukan penanaman mangrove untuk memotivasi masyarakat di wilayah pesisir perbatasan negara agar melestarikan lingkungan. Dengan menanam pohon mangrove kawasan pantai, supaya dapat menjadikannya sebagai benteng alam untuk membantu mengatasi persoalan abrasi yang kian hari kian mengganas, menggerus tebing pantai wilayah kedaulatan  Indonesia sekitar Pulau Bengkalis akibat ombak Selat Malaka yang ganas.

Kunjungan Presiden RI ke-7, selain melakukan penanam mangrove di Pantai Wisata Raja Kecik, juga menginjakkan kakinya tanpa alas menelusuri jembatan kayu terpanjang di Pulau Bengkalis mecapai 800 meter.

Jembatan itu diberi nama Datuk Bandar Jamal, pelaku sejarah besar di Pulau Bengkalis yang mana menurut catatan sejarah, dia lahir di Desa Muntai anak dari Datuk Bandar Cik Mas hasil perkawinan dengan Panglima Tuagik, atau  ayah dari Datuk Laksamana Raja Dilaut Pertama (Encik Ibrahim),

Pembangunannya boleh dikatakan delapan puluh persen merupakan hasil swadaya dari kalangan pemuda-pemuda setempat. Mulai dari anak SD SMP, SMA  maupun pemuda dari  anak-anak nelayan, petani, buruh yang tidak punya kesempatan untuk mengecap pendidikan.

"Seolah terlupakan sejarah itu. Orang nomor satu di negeri ini datang ke Pulau Bengkalis. Tapi wujudnya saat ini tak nampak. Perkembangan sektor pariwisatanya tidak berkembang," ujar Solihin, salah seorang tokoh pemuda Desa Muntai Barat.

Menurutnya, keterbatasan ekonomi orang tua atau dengan kata lain anak-anak wong cilik binaan Lembaga Swadaya Masyarakat-Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan dari sejak awal, maka pantai wisata yang dikunjungi ribuan orang ini tidak berubah.

Ia juga mengingat pidato Presiden Jokowi yang sempat mengingatkan, bahwa penanam mangrove yang terjadi kala itu, semoga dapat mendukung akan keberadaan ekowisata daerah (Pantai Wisata Raja Kecik), sehingga dampaknya dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar.

"Sejak berdiri Pantai Wisata Raja Kecik sampai hadir kepala negara, pantai  yang dikelola oleh pemuda setempat bekerja sama dengan Pemerintah Desa Muntai Barat sesuai Peraturan Desa Muntai Barat, tidak pernah sepi pengunjung hingga ribuan masyarakat lokal maupun mancanegara datang," ujarnya.

Solihin mengatakan, hasil dari pengelolaan Pantai Wisata Raja Kecik, mereka bagi beberapa bagian. Yaitu di antaranya 20 persen untuk anak yatim piatu, fakir miskin dan orang tidak mampu, 30 persen untuk oprasional pengelola pantai, 7 persen untuk retribusi desa, 13 persen untuk petugas kebersihan pantai, 10 persen uang kas tahunan pemuda setempat, dan 20 persen anggaran biaya perawatan fasilitas pantai secara keseluruhan.

"Namun keluh kesah mereka, anggaran yang diperoleh dari hasil pengelolaan pantai belum mampu untuk membiayai perawatan Jembatan Kayu Datuk Bandar Jamal sepanjang delapan ratus meter,  termasuk fasilitas lainnya secara keseluruhan, sehingga kondisi jembatan  yang tercatat pernah diinjak oleh Presiden tanpa alas kaki itu,  saat ini tak mampu dirawat bahkan kayu jembatannya banyak  sudah lapuk," ujar Solihin.

Begitu juga  mangrove yang ditanami  Presiden Jokowi , kata Solihin, juga terancam punah akibat terjangangan ombak Selat Malaka. Oleh karena tidak dibuat  pengaman tanaman secara permanen atau tidak dipikirkan bagaimana untuk menyelamatkan tanaman merupakan catatan sejarah penting di Pulau Bengkalis  oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis.

"Jangankan untuk mengembangkan Pantai Wisata Raja Kecik agar lebih baik dan mampu berkembang sehingga dapat membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat umum  di wilayah perbatasan negara, terutama bagi UMKM , malah berkoordinasi dengan kami untuk bagaimana merawat apa yang telah ditinggalkan Pak Presiden pun tidak pernah," ujarnya kesal.***

Editor: Edwar Yaman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook