(RIAUPOS.CO) - Kegiatan belajar dalam jaringan (daring) yang diterapkan sekolah di tingkat pendidikan SMP ditengah kondisi pandemi Covid-19 sejauh ini masih belum bisa maksimal. Pasalnya masih banyak kendala yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan belajar mengajar daring.
Hal ini diakui oleh Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Bengkalis Syafrizal, kemarin. Menurut dia, pada prinsipnya hampir seluruh sekolah siap dalam melakukan kegiatan belajar mengajar daring ini, hanya saja yang tidak siap itu dari peserta didiknya.
Banyak kendala yang dirasakan siswa dan orangtuanya selama penerapan belajar mengajar daring. Diantaranya mereka tidak memiliki perangkat untuk belajar daring, baik berupa laptop android dan perangkat lainnya.
Kemudian kondisi jaringan di Bengkalis ini masih ada daerah yang tidak terjangkau internet. Seperti terjadi di SMP 4 Kecamatan Bandar Laksamana, di sana kondisi jaringan sangat sulit.
Begitu juga daerah yang masih pelosok di Kecamatan Tualang Mandau dan Pinggir juga masih ada yang kesulitan jaringan.
“Kalau untuk sekolahnya kita siap untuk pengadaan jaringan internetnya. Namun ke masyarakatnya yang sulit karena kondisi di sana memang sulit jaringan,” tambahnya.
Selain itu juga, pihaknya juga menerima laporan dari orangtua siswa yang merasa kesulitan untuk menyediakan kuota internet untuk anak-anaknya. Karena kondisi keuangan orangtua murid yang juga dalam keadaan sulit.
Terkait hal ini, solusi sementara yang ditawarkan pembelajaran dilakukan dengan pola luar jaringan (luring) atau perpaduan antara daring dan luring. Pembelajaran sistem luring dengan melakukan pemberian tugas langsung kepada siswa.
“Kita terus pantau ini, pada intinya memang kendala terjadi di masyarakat, sementara untuk sekolah bisa kita akomodir keperluan mereka. Sampai saat ini secara konkrit solusi terhadap berbagai macam keluhan ini belum ada,” terang Syafrizal.
Menurut dia, seperti permasalahan internet dan kuota, meskipun belum ada solusi konkrit namun sudah ada perbincangan untuk diakomodir oleh pemerintah desa. Pihak desa bisa memfasilitasi dengan menggunakan internet desa.
“Desa bisa menyediakan pos belajar di kantor desa dengan menggunakan internet di sana, sehingga anak anak bisa belajar melalui secara daring di desa masing-masing. Namun ini belum terkoordinasi dengan baik kepada pemerintah desa,” terang Syafrizal.
Menurut dia, saat ini memang pihaknya masih menampung keluhan dan kendala yang ada. Kemudian nanti akan didiskusikan untuk dicarikan solusinya.(ksm)
Laporan ERWAN SANI, Bengkalis