PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Handri punya adik angkat bernama Bejo, yang masih satu kampung dengannya di Kampung Jawa Siak.
Karena Bejo menganggur, maka Handri berinisiatif mengkreditkan mobil, dan mobil itu
tujuan Bengkalis. Kedua mobil lalu berhenti di pemberhentian travel.
Handri tidak turun, demikian juga dengan Bejo. Bejo tetap memegang stir ketika sopir travel jurusan Bengkalis menghampirinya. Sopir itu menanyakan jadi atau tidak menjual mobil yang sedang dikemudikan Bejo.
Handri kaget ketika Bejo hendak menjual mobilnya yang didedikasikannya untuk menyelamatkan hidup Bejo.
”Lepas lah Rp180 juta,” kata sopir travel jurusan Bengkalis itu.
”Kalau segitu gak mau mamaku, tapi kalau Rp250 juta, gass lah,” jawab Bejo.
Pembicaraan Bejo dengan sopir travel itu menyulut emosi Handri. Sebab dia membeli mobil itu agar Bejo punya pekerjaan. Ini malah seolah olah Bejo yang punya mobil.
”Jual saja Rp100 juta,” ucap Handri kepada Bejo dengan suara lantang dan Handri memastikan sopir travel mendengarnya.
Ucapan Handri dijawab Bejo, ”Aku gak serius mau jual mobil ini. Ecek-ecek saja”.
”Di depan aku berani kau bicara ini, apa lagi di belakang aku?” kata Handri dengan emosi tinggi.
”Gak peduli aku mau kau akui mobil ini punyamu atau bukan warisan orangtuamu, tapi kau rawat juga lah, jangan gak dirawat,” ucap Handri ketus.
Setelah itu Handri memilih diam sampai Bejo mengantarkannya ke rumah.(mng)