(RIAUPOS.CO) -- Pada suatu hari, Habibah pergi ke perpustakaan untuk mengetik tugas dari kampusnya sekalian mencari buku-buku yang diperlukan.
Ia mengendarai motor sendirian menuju perpustakaan. Kemudian ia duduk di salah satu meja komputer dan menghidupkannya. Karena tak kunjung hidup, ia naik ke lantai dua.
Sesampainya di sana, seorang petugas menegur Habibah karena membawa tas, seharusnya ia menyimpan tasnya di loker yang berada di lantai 1. Ketika memasukkan tas ke loker, Habibah menyadari ada suatu yang hilang. Kunci motor.
Habibah mencari ke seluruh kantong-kantong tasnya dan kantong bajunya. Tak menemukan, ia berlari ke arah sepeda motornya di parkiran. Harap-harap cemas tapi Habibah masih bersyukur motornya masih utuh tanpa kurang suatu apa pun. Meski tak kunci terlihat di sana.
Ia kembali ke loker dan membongkar dua kali tasnya. Tapi ia tak kunjung menemukan apa yang dicarinya. Habibah naik ke lantai atas menyusuri tempat-tempat yang ia singgahi di pustaka.
Berulang kali Habibah naik dari lantai dasar ke lantai satu perpustakaan. Naik turun hampir lebih dari empat kali. Bahkan ia sempat menanyai petugas perpustakaan namun sia-sia.
Akhirnya ia terduduk di kursi tak jauh dari loker, dengan putus asa matanya tak sengaja menatap benda berwarna merah di meja komputer yang hanya berjarak dua meter dari tempatnya duduk. Tak lain itu adalah kuncinya.
“Alamaak, dah capek naik turun ternyata di sini. Padahal lewat sini berkali-kali,” ucap Habibah lega meski sempat menggerutu karena lelah naik turun tangga berulang-ulang.(*2)